Puisi Sugiyanta Pancasari
di sebuah cafe
seorang kakek terlihat duduk sendirian
semua rambutnya sudah penuh uban
sejenak kemudian, dari saku jaketnya si kakek mengeluarkan sebuah gawai
nunal-nunul, pencat-pencet
nunal-nunul, pencat-pencet
tak ada jawaban
adanya teka-teki belaka
semakin di nunal-nunul
semakin dipencat-pencet
semakin tak ada jawaban
semakin menjadi teka-teki
si kakek mulai terlihat kebingungan
raut mukanya dipenuhi kecemasan
mulai nunal-nunul lagi
mulai pencat-pencet lagi
mulai nunal-nunul lagi
mulai pencat-pencet lagi
tetap tak menemukan jawaban
tetap hanya teka-teki
sampai akhirnya si kakek terlihat mulai frustrasi
kemudian melepas sepatu dan menghantam gawai sekeras-kerasnya
sama,
meski gawai telah remuk dan hancur
jawaban tak pernah kakek temukan
teka-teki membuatnya makin kebingungan
hingga akhirnya datanglah si pemuda baik,
   "Malam sudah datang, Kek, sebentar lagi jalan-jalan akan terang benderang. Lake bisa silau karena lampu-lampu penerang jalan akan menyorot tajam, kendaran padat bersliweran."
pesan si pemuda baik penuh kesabaran
dan si kakek terlihat manggut-manggut
pertanda bahwa ia paham penjelasan
kini si kakek telah menemukan jawaban
bahwa ia harus segera pulang
agar tak salah jalan dan tersesat di rimba metropolitan.
Jogja, 16 Januari 2021