Tragedi perbudakan buruh di Tangerang belum reda dari ingatan kita disusul tragedi bentrok antara suporter bola pendukung PSIS Semarang dengan warga desa Godong, Kab. Grobogan yang menyebabkan jatuhnya korban luka dan kerusakan material hingga ratusan juta rupiah. Dua tragedi itu memperlihatkan kekerasan hati manusia terhadap manusia lainnya yang sebetulnya setiap manusia pasti tahu bahwa perbuatan itu buruk dan menimbulkan kemarahan orang lain.
Tragedi perbudakan buruh di Tangerang sungguh keterlaluan. Hanya orang-orang yang tidak punya hati nurani yang dapat melakukannya. Apalagi kejadian itu berlangsung lama hingga beberapa bulan. Bagi orang yang memiliki rasa kemanusiaan membiarkan seseorang menderita karena perlakuannya sehari saja sudah merasa sangat berdosa, apalagi perbudakan (penyiksaan secara mental dan fisik) ini berlangsung lama terhadap banyak orang pula. Pelakunya perlu dikaji jiwa dan mentalnya. Jangan-jangan dia pernah mengalami peristiwa tertentu di masa lalu yang meninggalkan trauma di hatinya sehingga memiliki semacam rasa dendam terhadap orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu. Jika bukan itu mungkin juga karena motif-motif ekonomi yang menyebabkan seseorang ingin meraih keuntungan yang besar dengan mengorbankan orang lain (perbudakan buruh).
Sementara itu tragedi suporter sepak bola kembali terjadi di Jateng melibatkan suporter PSIS Semarang. Beberapa waktu yang lalu suporter PSIS juga membuat ulah (kerusuhan) di Kota Pekalongan sekembali dari mendukung PSIS bertanding di Kota Pekalongan. Polisi dan pihak keamanan bertindak cepat dengan menertibkan suporter dengan mengawal pulang hingga perbatasan Batang-Kendal dan melarang warga keluar rumah sehingga tidak terjadi kerusuhan berskala besar. Sementara di Kab. Grobogan ulah suporter justru dilakukan di Godong (di luar sebelah barat Kota Purwodadi) sehingga polisi yang bersiaga di wilayah kota kecolongan.
Ulah negatif suporter sepak bola sudah cukup lama terjadi di negara kita (dulu Persebaya mendapatkan cibiran karena ulah para boneknya yang suka membuat rusuh). Sekarang ini ulah negatif para suporter sudah menular ke suporter lain (misalnya PSIS Semarang). Bentrokan antar suporter PSIS - Persijap Jepara, PSIS - Persis Solo, dan antar-suporter lainnya sudah mengotori tujuan utama olah raga (khususnya sepak bola) sebagai bagian dari dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Eropa para suporter Inggris (hooligans) juga menjadi momok bagi negara lainnya karena sikap buruk mereka yang suka membuat keonaran di negara-negara Eropa lainnya.
Para suporter yang suka membuat ulah kebanyakan berusia belasan (14 - 17 tahun). Mereka termasuk dalam kelompok remaja mula/madya yang pikirannya masih labil, mudah goyah, tersinggung, dan terinspirasi membuat keonaran sebagaimana yang mereka lihat/baca di pemberitaan media. Pengalaman para bonek yang naik kereta api dari Surabaya ke Jakarta pulang pergi tanpa uang saku dan bekal cukup menjadi bukti betapa antusiasme sekaligus fanatisme sepak bola terhadap tim kesayangan telah mengubah wajah-wajah belia yang manis menjadi wajah-wajah garang tanpa belas kasihan menjarah makanan, minuman, dan apa saja yang dapat mereka ambil paksa. Kejadian di Godong menyisakan pengalaman menakutkan bagi warga yang barang dagangannya ludes, warung/tokonya hancur, rumahnya berantakan, dan harta miliknya hilang.
Pertanyaanya, jika sebuah pertandingan sepak bola menyisakan kejadian menakutkan, merugikan jiwa dan harta, memutus persaudaraan, mengancam persatuan dan kesatuan warga, lalu untuk apa semua itu? Bangsa ini sedang berjuang keras menyembuhkan luka-luka parah akibat korupsi yang sudah mendarah-daging, narkoba yang sudah masuk ke wilayah-wilayah penegak hukum dan pelaku pemerintahan, dan kebodohan/kemiskinan yang semakin menakutkan. Siapa yang salah dan siapa yang mungkin mengambil keuntungan dari tragedi-tragedi ini? Mari kita renungkan sejenak betapa kita ternyata hidup di tengah belantara masyarakat yang semakin sulit dikendalikan. Dan kita pun kian tenggelam dalam pusaran waktu yang kian asing di depan mata kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI