25 Desember 2012, hari kedua kami ber home base di rumah kakak di kota Wlingi, Blitar. Diawali dengan menikmati irama musik alam dari musisi mungil di tengah persawahan, setelah berbagai persiapan dan rencana; terpaksa rencana berganti dengan rencana B, karena cuaca hujan yang lumayan, meski tidak deras. Meninggalkan rumah sekitar jam 10.00, kami menuju ke rumah orang tua kakak di wilayah Kesamben masih di Blitar. Dalam rintik hujan yang mengiringi, dua mobil beriringan menuju rumah Bapak Gondo Sudarmo, salah satu dalang wayang kulit di Blitar. Kedatangan kami disambut hangat, karena sebagian dari kami memang baru datang untuk pertama kalinya di rumah ini. Setelah beramah-tamah dan makan siang, serta sholat, perjalanan kami kami lanjutkan mengunjungi tempat bersejarah, yaitu Makam Proklamator Indonesia, Ir. Sukarno. [caption id="attachment_225049" align="alignnone" width="300" caption="di pelataran makam sang proklamator"][/caption] Setelah mendapatkan tempat parkir, kami beriringan memasuki areal pemakaman. Diawali dengan mengisi buku tamu (tanpa dipungut biaya tiket) kami memasuki areal makam melalui sebuah gapura yan menjadi pintu gerbang. Di dalam telah banyak rombongan peziarah, melakukan doa dan tahlil mauun membaca Yaa Siin. Di areal makam ini, kami tidak berhenti lama, kami meninggalkan tempat pemakaman melawan arus mereka yang masuk, untuk memasuki Museum/Perpustakaan yang berada di sisi selatan. [caption id="attachment_225052" align="alignnone" width="300" caption="Batu prasasti pada makam Bung Karno"]
[caption id="attachment_225073" align="alignnone" width="304" caption="salinan asli teks proklamasi hasil ketikan"]
[caption id="attachment_225074" align="alignnone" width="300" caption="di antara dua Dwarapala Candi Panataran"]
Karena cuaca mulai gerimis dan sudah sore, kami memutuskan untuk kembali ke home base. Dalam perjalanan pulang, kakak mampir di warung Uceng untuk membeli dua bungkus Uceng goreng, yang ternyata ketika kami pulang ke Jogja kedua bungkus Uceng itu disertakan dalam bungkusan oleh-oleh kami.
Salah satu komentar kakak adalah "orang Prambanan koq nengok candi Penataran".......... Memang dari sisi kemegahan, Candi Prambanan jauh lebih megah dan lebih terkenal, karena masalah pengelolaan. Jika Candi Penataraan ini pengelolaannya diperbaiki, mungkin juga akan banyak menyedot pengunjung. Selama kami berada di lingkungan candi ini, saya perkirakan banyaknya pengunjung tidak lebih dari 100 orang, mengingat di tempat parkir hanya ada 7 mobil minibus, dan beberapa pasangan muda dengan motornya.