Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

GTT

22 Juli 2012   10:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengikuti berita di Jogja TV, Minggu, 22 Juli 2012 sore menjelang berbuka puasa, saya sempat dibuat tercengang. Dengan headline, "Siswa MTS N Demo pemecatan tiga GTT", semula saya berasumsi bahwa yang bersangkutan "dinonaktifkan" dari posisinya di MTs. Negeri Banyusoca, Playen Gunungkidul, karena terdesak oleh kebutuhan alokasi jam mengajar para "GURU PROFESIONAL" yang harus mengajar 24 jam pelajaran. Namun ketika saya ikuti sepenuhnya berita tersebut, timbul perasaan campur aduk dalam diri saya.

GTT (guru tidak tetap) yang mengajar penuh sebagaimana guru PNS, namun digaji (diberi honor) sangat kecil pu masih harus mendapat perlakuan yang tidak selayaknya diterima. Jika kemudian para siswi berdemo menuntut kejelasan alasan penon-aktifan ketiga GTT, saya berasumsi bahwa telah terjadi ketidak adilan dalam kasus ini. Apalagi ternyata bahwa ketiga guru tidak tetap itu diberhentikan bukan karena kebutuhan jam mengajar GURU PROFESIONAL, namun adalah demi untuk memberiĀ  kesempatan bekerja bagi kerabat (saudara) si pejabat kepala sekolah.

Selain dari itu, sesuai berita yang saya ikuti dari Solo Pos, yang dirilis Senin, 16 Juli 2012, pada hari pertama masuk sekolah di DIY, ternyata para siswa juga mempertanyakan masalah Bantuan Siswa Miskin (BSM); dalam hal ini para siswa telah dimintai tanda tangan untuk SPJ, namun tidak mendapat kejelasan mengenai bantuan yang bersangkutan.

Yang paling sangat menyentuh perasaan saya adalah pemberhentian (pemecatan/penonaktifan) ketiga guru GTT yang digantikan oleh GTT baru dari kalangan kerabat Kepala Sekolah. Begitu teganya si pejabat Kepala Sekolah mengambil keputusan demi anggota keluarganya. Memang hal seperti ini bukan pertama kali terjadi. Selama periode 1997 - 2006 ketika saya mengajar di sebuah MTs. Negeri di wilayah tengah Gunungkidul, sering menyaksikan kejadian serupa. GTT yang tidak punya hubungan kekerabatan apapun dengan para pejabat di lingkungan Depag akan dengan mudah diberhentikan, meskipun pada kenyataannya tenaga guru tersebut masih dibutuhkan; dan kemudian akan datang GTT baru yang berasal dari keluarga para pejabat.

Miris, dan sedih mengingat nasib kawan-kawan seprofesi. Mudah-mudahan mereka diberi ganti pekerjaan yang lebih baik dan lebih mensejahterakan.

http://www.solopos.com/2012/pendidikan/tak-dapat-bsm-siswa-mtsn-banyusoco-demo-201831

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun