Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banyunibo yang Kesepian

22 April 2012   06:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:17 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu  jini, 22 April 2012, sekitar pukul  10.30, setelah bersilayurahmi ke tempat salah satu kawan di Sorogedug Lor, Madurejo, Prambanan, saya menyempatkan diri untuk melihat salah satu peninggalan sejarah, warisan budaya dunia, Candi Banyunibo. [caption id="attachment_176272" align="alignnone" width="510" caption="di halaman candi, panas"][/caption] Terletak di tengah persawahan (saat ini berupa kebun tebu) di tepi saluran air (sungai kecil) di sebelah selatan Dusun Cepit, Bokoharjo, Prambanan; candi yang menyendiri terpisah dari kelompok candi yang lebih besar, secara geografis lokasinya cukup mudah dijangkau dengan kendaraan vermesin maupun tanpa mesin. Hanya saja jalan yang semula sudah beraspal, saat ini kondisinya rusakcukup parah. Apalagi 50 meter terakhir, jalan ditepi sungao kecil ini sudah tidak nampak lagi sebagai jalan beraspal, karena telah ditumbuhi rumput, dan terkesan sebagai jalan buntu yang tak pernah dilalui. Tiba di lokasi candi, hanya ada seorang petugas satpam yang sekaligus menarik retribusi kepada pengunjung yang datang, setelah membayar tiket yang sangat murah, Rp 5000, untuk dua orang dewasa dan satu anak (tiket dewasa Rp 2000, dan anak-anak Rp. 1000), saya naik ke candi untuk melihat dan mengagumi peninggalan sejarah ini. [caption id="attachment_176279" align="alignnone" width="525" caption="Candi Banyunibo"]

1335076932254982763
1335076932254982763
[/caption] [caption id="attachment_176281" align="alignnone" width="532" caption="pintu masuk kawasan candi, menyeberangi jembatan kecil dari kayu"]
133507715864531638
133507715864531638
[/caption] Sebagai salah satu candi  Budha, menilik dari bentuk stupa pada puncak candi, sejak ditemukan dan kemudian dipugar, candi ini nampak kokoh. Namun demikian, karena cukup banyak batu yang tidak berhasil ditemukan pada saat pemugaran, sehingga batu-batu penyusun candi banyak yang diganti dengan batu baru. hal ini nampak dari banyaknya reliaf yang tidak lengkap. Terdiri satu candi induk menghadap ke barat, di sebelah selatan dan timur tampak berjejer pondasi candi yang belum lengkap, Menilik dari struktur susunan batunya, setidaknya ada 8 candi kecil yang mengelilingi candi induk. Namun karena banyaknya batu yang hilang, sehingga baru berhasil direkonstruksi pada struktur pondasinya saja. Mengingat lokasinya yang berada di tengah persawahan, jika kita berkunjung ke tempat ini pada siang hari memang terasa sangat panas. Memang telah ada upaya  untuk menanam beberapa pohon perindang di tepi paggar lingkungan candi.  Suasana memang sangat sepi, tak banyak  pengunjung mendatangi candi ini. Samapi saya bersama anak dan istri beranjak pulang, hanya ada tiga pasang remaja yang mendatangi temapt ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun