Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Burung Saja Bikin Sarang Sebelum Bertelur…………..

23 Juli 2010   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah ungkapan yang barangkali terdengar aneh. Bagi sebagian orang mungkin merupakan sindiran yang cukup mengena di dalam hati. Namun bagi sebagian yang lain mungkin tak ada artinya sama sekali, hanya sekedar deretan kata-kata yang srcara kebetulan membentuk kalimat.

Bagi penulis, pernyataan ini cukup menohok perasaan. Meski pernah mengimpikan sebagaimana ungkapan tersebut, namun keadaan ekonomi keluarga ternyata tidak memungkinkan untuk mewujudkannya. Namun penulis masih sempat berkilah, jika puas dengan rumah warisan orang tua sebenarnya telah ada sebuah rumah sederhana. Namun jika yang dimaksud adalah rumah yang dibangun dengan biaya dari hasil usaha sendiri, maka belum bisa terwujud angan-angan itu.

Menikah, dan kemudian mempunyai keturunan, sudah tentu merupakan keinginan semua manusia di muka bumi ini. Namun kemampuan untuk menyediakan sebuah rumah sebagai tempat berlindung dan mengatur segala rencana keluarga, bukanlah hal yang mudah. Demi mengurangi ketergantungan kepada keluarga, terutama untuk membiasakan diri bertanggungjawab terhadap keluarga yang telah dibina, maka mencari rumah kontrakan sebagai salah satu solusi. Sebagaimana kebanyakan keluarga baru, maka rumah kontrakan kecil sudah terasamencukupi sebagai tempat tinggal dan membangun kebahagiaan bersama. Namun ketika lahir anak, maka mulai terasa kebutuhan akan rumah yang lebih lega.

Kembali teringat akan ungkapan “Burung saja membuat sarang sebelum bertelur”, semakin memacu niat untuk segera memiliki sebuah rumah sendiri. Namun usaha untuk mewujudkan keinginan itu bukanlah hal yang mudah. Dengan semakin brtsmbshnys umur, baik umur diri sendiri maupun anak yang semakin bertambah besar, ada desakan baru dari keluarga. “Mumpung engkau belum didesak kebutuhan biaya sekolah anak, segeralah bikin sebuah rumah”. Maka dengan segala upaya, penghematan di sana-sini, dengan meminjam dana dari bank, dimulailah pekerjaan membangun sebuah rumah sederhana, namun diupayakan sebagai istana bagi seluruh keluarga.

Bagaimana dengan anda?? Mungkin kita bisa menunjukkan banyak contoh, betapa kita manusia ternyata lebih buruk perencanaannya disbanding dengan seekor burung. Sepasang burung yang memutuskan untuk membangun keluarga, akan segera bekerjasama membangun sebuah sarang. Sesederhana apapun sarang itu, dibuat dengan rancangan untuk melindungi seluruh anggota keluarganya kelak. Baru setelah sarangnya selesai dibuat, siap untuk berlindung keluarganya, sepasang burung itu memulai proses perkawnan, bertelur, menetas kan telurnya, dan membesarkan anak-anaknya di dalam sarangnya yang nyaman.

Bagaimana dengan manusia?? Ternyata sangat banyak manusia yang sama sekali tidak mempersiapkan rumah tinggal bagi keluarga yang akan dibangunnya. Bahkan dalam perencanaan untuk menentukan kapan waktu untuk membangun keluarga, sangat kalah disbanding burung. Kita sering mendengar pasangan anak-anak belasan tahun yang masih remaja terpaksa keluar dari sekolah karena pacarnya terlanjur hamil sebelum menikah. Bahkan ketika mengurus pernikahan di KUA maupun Kantor Catatan Sipil, mereka mengalami kesulitan dikarenakan belum memenuhi syarat umur sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Perkawinan.

Kita juga sering mendengar, mereka yang sudah beranak-pinak, bahkan memiliki cucu sekalipun, belum memiliki rumah tinggal pribadi. Setiap kali mereka harus terlunta-lunta mencarikontrakan baru apabila rumah kontrakan lama mereka tidak bisa diperpanjang, atau bahkan terpaksa diusir oleh pemilik rumah karena waktu kontrak telah lama habis, diberi toleransi beberapa bulan dan tetap tidak bisa membayar biaya kontrakan rumah yang setiap tahunnya naik. Sungguh suatu realita yang cukup memprihatinkan, namun juga memalukan karena ternyata sebagai makhluq paling mulia di dunia ini kalah dengan seekor burung.

Kita kalah dalam mengendalikan nafsu syahwat jika dibandingkan dengan seekor burung. Jika burung membangun sarangnya terlebih dulu sebelum memutuskan untuk kawin dan beranak, ternyata banyak manusia yang tidak kuasa mengendalikan nafsu syahwatnya sehingga terpaksa mempunyai anak sebelum mempersiapkan rumah, bahkan belum mempersiapkan diri untuk menjaga keutuhan keluarga yang dibangunnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun