Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menutup 2016, Menatap 2017

1 Januari 2015   14:03 Diperbarui: 1 Januari 2017   08:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menutup 2016, Menatap 2017

 

sumber gambar: sesawi.net

 Hati-hati dengan gula pasir,
Apalagi tak muda usia.
Tahun 2016 telah berakhir
Sujud doa pada Yang Esa.
Semangat pagi..
Selamat menyambut  tahun 2017 

(Rm. St. Istoto Raharjo, Pr).

Tahun 2016 telah kita tinggalkan. Banyak pengalaman, kenangan, pelajaran kita jalani sepanjang tahun lalu. Ada yang manis, ada yang pahit. Menelusuri jejak di penghujung tahun 2016, bangsa kita diuji dengan berbagai kegaduhan sosial politik dan intoleransi.  Kita memang tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi, tetapi kita dapat mengubah cara pandang kita, sikap kita dalam menelan berbagai kegaduhan dan ketidaknyamanan itu. Semua itu telah menjadi bagian dari perjalanan hidup kita. Kita pantas bersyukur telah diberi kesempatan untuk hidup sampai hari ini. Anugerah besar Tuhan ini selayaknya kita tanggapi dengan sebaik-baiknya, demi kemajuan sesama, kebaikan kita yang lebih baik.

Hidup ini  dapat dibandingkan dengan suatu perjalanan. Kita dapat naik pesawat udara, jika kita mau bepergian jauh lewat udara. Kita juga dapat menggunakan kendaraan lain, misalnya kapal laut. Atau jika di darat, kita dapat menggunakan berbagai macam kendaraan darat: bus, angkot, kendaraan umum atau kendaaan pribadi. Bahkan kita dapat memilih kendaraan yang lebih sederhana: andong, sepeda, atau bahkan jalan kaki. Salah satu di antara kendaraan darat yang  relatif cukup nyaman dan aman adalah kereta api. Hidup ini dapat dibandingkan dengan naik kereta api, atau serangkaian perjalanan di atas kereta api.

Perjalanan itu dapat kita hadapi, hayati, jalani dan nikmati. Kita mengawalinya,  kita naik. Kita  turun.  Kemudian, kita kembali naik lagi. Ada penundaan,  pembatalan,  dan ada kecelakaan. Di halte tertentu ada kejutan. Beberapa di antaranya dimaknai sebagai suatu momen besar sukacita, beberapa hal  lain merupakan kesedihan yang mendalam.

Ketika kita dilahirkan dan pertama kali kita naik kereta, kita bertemu dengan orang-orang yang kita pikir akan bersama kita sepanjang perjalanan. Orang-orang itu adalah orang tua kita! Sayangnya, hal ini jauh dari kenyataan. Selama ini, kita benar-benar membutuhkan orang tua kita. Mereka juga harus menyelesaikan perjalanan mereka sendiri. Kita hidup dalam kenangan cinta mereka, kasih sayang, persaudaraan, kehangatan, persahabatan, bimbingan dan kebersamaan dalam kehadiran mereka selama ini.

Ada orang lain yang juga naik kereta bersama kita, dan  pada gilirannya, akhirnya mereka menjadi sangat penting dan bermakna bagi kita. Orang-orang ini adalah saudara-saudara kita, teman-teman dan kenalan kita. Dari mereka kita  belajar mencintai dan menghargai mereka. Beberapa orang menganggap perjalanan mereka seperti tur yang sangat menyenangkan. Mereka bergembira bersama. Yang lainnya, merasa menghadapi banyak kesulitan, gangguan, rintangan, halangan, batu sandungan, kepedihan dan air mata, kerugian dalam perjalanan mereka, sedangkan yang lainnya lagi masih  akan berlama-lama menawarkan bantuan kepada orang yang membutuhkannya.

Ada beberapa orang di kereta yang meninggalkan kesan abadi ketika mereka turun. Beberapa yang lain akan naik dan turun dari kereta begitu cepat. Mereka hampir tidak meninggalkan kenangan  yang berarti selama  melakukan perjalanan bersama dengan kita, atau bahkan sama sekali tidak pernah terlintas dalam perjalanan bersama kita.

Kita kadang-kadang akan marah bila beberapa penumpang yang kita cintai memilih untuk duduk di gerbong lain dan meninggalkan kita dalam kesendirian, kesepian  perjalanan… Kemudian yang lebih menyakikan lagi, tidak ada lagi yang mengatakan kepada kita apakah kita dapat menjumpai mereka lagi, namun demikian, setelah dicari dan ditemukan, kita mungkin bahkan tidak dapat duduk di samping mereka karena kursi yang ada di dekat mereka sudah ada yang menempatinya. Hal itu memang baik dan wajar saja. Perjalanan semua orang akan dipenuhi dengan harapan, impian, tantangan, kilas balik dan ucapan selamat tinggal Kita harus berusaha membuat perjalanan kehidupan kita yang terbaik dari yang mungkin kita lakukan,  tidak peduli apa itu. Kita harus terus berusaha memahami teman seperjalanan, dan mencari hal-hal terbaik dalam diri setiap orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun