Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[HUT RTC) Suara-suara Siapa?

16 Maret 2016   11:13 Diperbarui: 16 Maret 2016   11:32 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jacko. sumber: singlescruisesbymarsky.com"][/caption]

Minggu ketiga: Terinspirasi oleh lagu.

 

SUARA-SUARA SIAPA?

Tirai malam telah disingkapkan oleh semburat cahaya mentari pagi. Burung-burung terbang dari pohon ke pohon, dari dahan ke dahan, dari ranting ke ranting sambil bercericit riang. Mereka terbang rendah. Pada suatu tempat di tanah basah, mereka coba mematuk-matukkan paruhnya mencari sesuatu yang dapat dimakan. Gelap makin memudar dan tergantikan oleh benderang, menguarkan aroma kesegaran. Nampak kerlap-kerlap embun yang diterpa cahaya pagi. Indah dan menyegarkan.

Kau bangun sambil  mengucak mata mencari-cari siapa saja yanga masih tersisa di rumahmu. Kau berjalan ke kamar sebelah, kosong, takada siapa-siapa. Kau coba menuju kamar lain, hanya angin berdesir yang menyapamu kala kau buka pintu kamar itu. Kau coba ke dapur, sepi. Kau menuju ke ruang keluarga, bayang-bayang menjauh hilang. Kau coba buka pintu, cahaya yang dibarengi angin berdesakan hampir menjungkalkan tubuhmu. Kembali kau tutup pintu itu. Lalu kau menelusuri seisi rumahmu dan tak kaudapati siapa pun. Semua barang tertata rapi, bahkan kamar-kamar yang pernah dihuni anak-anak pun nampak rapi. Kau kembali ke kamarmu yang sudah nampak rapi juga, lalu kau bersimpuh di bawah ranjang mencoba memutar ingatanmu.

***

Pesta telah usai. Keramaian telah sirna. Orang-orang yang kemarin menyalamimu sudah kembali pada kesibukan masing-masing. Saudara-saudaramu yang berjanji akan mengunjungi sekali-sekali nanti, sudah tidak nampak jejaknya. Sekarang tinggal kau sendiri di rumah kosong itu. Anak-anakmu sudah pergi, kekasih hatimu baru saja meninggalkanmu dengan ucapan yang menyayat, “Selamat tinggal, dan tabahkan hati!” Semuanya menorehkan luka yang menganga yang tak tertahankan lagi  sakitnya. Kau ingin teriakkan rasa sakit hatimu, tetapi teriakan itu hilang ditelan cericit burung gereja yang terjepit di antara pohon bambu... Sakit hatimu bukannya karena orang-orang meninggalkanmu, bukan pula oleh kesendirian dan kesepianmu, tapi karena tak seorang pun memahami.... Sayup dari kejauhan kau dengar bisikan, “Kau tidak sendiri. Aku ada di dekatmu!”

***

Berjalan sendirian dengan langkah-langkah gegancangan, rasanya tubuhmu ringan dan siapa pun yang kau jumpai di jalan berkelebatan seolah gambar-gambar dalam film yang dipercepat. Kau tiba di sebuah supermal yang ramai. Berdiri di lantai tiga yang dapat dengan leluasa memandang ke arah mana saja, kau lihat orang-orang yang ramai mengunjungi mal ini dengan bermacam  polah dan tingkah. Mereka datang berombongan, berpasang-pasangan atau bersama keluarga. Diantara sekian banyak orang itu tak satu pun yang kau kenal dan mengenalmu. Semua abai, semua tenggelam dalam masing-masing kepentingan... Di tengah keramaian itu kau merasakan kesendirianmu, kesepian yang ngelangut.... Jauh, entah dari mana kau dengar bisikan, “Kau tak sendiri...”

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun