Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendengar yang Baik

5 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 5 Januari 2020   06:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: meramuda.com

Puncak derita itu ketika suaminya mengatakan dengan ketus bahwa ia telah dijodohkan oleh orangtuanya dengan perempuan lain. Tak ada jalan lain, ia pun kehilangan tiga hal:  kegadisan, sang jabang bayi  dan sekaligus suaminya. Ia pun terpuruk. Sedih. Penyesalan pun menggelora tak kunjung henti.

Silvy, cerita tentang temanmu begitu jelas dan gamblang. Kau kisahkan dengan runtut, dan penuh keterbukaan. Tentu saja hal itu dapat kau lakukan karena kau menyimaknya dengan baik setiap kisah  temanmu. 

Tentu juga dapat dikatakan, kau begitu menyatu dengan temanmu, sehingga setiap denyut perasaannya, seolah kau sendirilah yang merasakannya. Kepedihan temanmu adalah kepedihanmu juga. Kau begitu empatik kepadanya, sehingga apa pun yang dirasakannya kau sendiri pun merasakannya.

Keterampilan semacam ini tidak dimiliki oleh sembarang orang. Hanya orang-orang tertentu yang peka dan berperasaan halus saja yang mampu menerapkannya.

Ada banyak orang yang nampaknya mendengarkan kisah kepedihan temannya, tetapi sayangnya hanya sedikit yang mampu memantul-ulangkan kisah tersebut.

Memang, ada beberapa tingkatan untuk mendengarkan. Ada orang yang mendengarkan hanya sekilas saja, sehingga sehabis mendengar ia lupa akan apa yang didengarnya. Ada lagi orang yang mendengarkan dengan memilih-milih apa yang disenangi. Ia menyeleksi apa yang didengarkannya. Jika yang didengarkan menyenangkan ia memerhatikannya, jika tidak ia mengabaikannya. 

Selanjutnya ada orang yang mendengarkan dengan penuh perhatian, namun perhatiannya itu tidak mengubah sikapnya untuk menangkap makna yang tidak diucapkan. Jadi meskipun ia memerhatikan, ia tidak dapat mengungkap ulang apa yang didengarkan. Keterampilan yang paling bagus dalam mendengarkan adalah mendengarkan dengan empati. 

Pendengar menyimak apa yang didengarnya, lalu berhasil menangkap makna dan memantul-ulangkan kembali apa yang ditangkapnya. Keterampilan semacam inilah yang juga kau miliki, Silvy.

Di samping empati, kau juga memiliki kepedulian yang besar terhadap sahabat. Rasa solidaritas, kepekaan, kelembutan, kasih sayang, empati dan jiwa keibuan, itulah kekuatanmu, Vy. Aku yakin, jika hal itu kau pertahankan, apalagi kau tingkatkan, kau dapat menjadi pendamping  yang handal, di samping ibu yang bijak bestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun