Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jujur

28 Juni 2016   10:26 Diperbarui: 28 Juni 2016   10:47 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: lp3ipusat.files.wordpress.com

Akhir-akhir ini kita sering mendengar dan menyaksikan orang jujur semakin hancur, yang tidak jujur semakin makmur. Ahok yang nampaknya jujur, semakin banyak digempur  dan diperangi dari segala sisi. Sementara Zon yang kabarnya tidak jujur masih bisa cengengesan dan belum ada tindakan apa-apa.

Jujur atau kejujuran, menurut Wikipedia,  mengacu pada aspek karakter, moral dan berkonotasi atribut positif dan berbudi luhur seperti integritas, kejujuran, dan keterusterangan, termasuk keterusterangan pada perilaku, dan beriringan dengan tidak adanya kebohongan, penipuan, perselingkuhan, dan lain-lain. Selain itu, kejujuran berarti dapat dipercaya, setia, adil, dan tulus. Kejujuran dihargai di banyak budaya etnis dan agama. "Kejujuran adalah kebijakan terbaik" adalah pepatah dari Benjamin Franklin.  Kutipan "Kejujuran adalah bab pertama dalam buku kebijaksanaan",  tersebut diamanatkan kepada Thomas Jefferson, dan juga Nathaniel Macon.

Tentu kita pernah mendengar dan mengucapkan kata Jujur.   Entah dalam konteks apa, yang pasti pengucapan kata jujur selalu berkonotasi positif. Kalau disebut TIDAK JUJUR, biasanya berkonotasi negatif. 

Secara baku, Jujur berarti lurus hati, berkata apa adanya atau tidak berbohong. Itulah sebabnya orang jujur sangat diharapkan hadir  dalam kerabat, tim kerja kita,  karena tidak ada tipu daya dalam hatinya,  tidak ada rekayasa bohong, dan lebih suka bicara apa adanya.

Dalam manajemen modern, orang jujur dianalogkan sebagai normative  value,  yang  mutlak dimiliki oleh setiap anggota manajemen.  Oleh karena itu, pada strategi pengembangan SDM, jujur dikategorikan sebagai kompetensi generik.  Artinya:   semua orang dan semua jenis pekerjaan membutuhkannya.

Siapa orang jujur itu?  Inillah pertanyaan menarik sekaligus krusial.  Disebut menarik, karena kita ingin tau jawabannya. Sementara menjadi krusial, karena kita sendiri sulit menjawab pertanyaan itu. Orang jujur memang sulit ditunjuk dengan jari, melainkan hanya dapat ditunjuk dengan nurani  yang terasah,  melalui interaksi dengannya.  Interaksi itulah yang memberi sinyal sebagaimana beberapa indikator ini:

  • Orang JUJUR tidak curang dalam permainan. Bukan karena mereka tidak tahu perbuatan  curang, namun karena mereka sangat paham, termasuk memahami kerugian yang akan dialami oleh orang lain apabilla kecurangan berlangsung.  Jadi, orang jujur bukan berarti lugu, tidak tahu apa-apa, apalagi blo’on,  sehingga kita berpikir dapat membodohinya.  Sesungguhnya   orang  jujur  sangat luas wawasannya, terampil dalam bidang pekerjaannya. Hanya karena faktor hatinya yang lurus, tidak ada kecenderungan merugikan orang lain,  maka perbuatan curang tidak dilakukannya.
  • Orang jujur mengikuti aturan yang berlaku. Tertib aturan adalah salah satu ciri  orang jujur.  Informasi mengenai aturan dan tata tertib sangat dibutuhkannya,  bukan untuk melanggar aturan itu, melainkan untuk mematuhinya  dalam segala situasi,  baik saat diawasi maupun tanpa pengawasan. Orang yang patuh saat diawasi, bisa saja menjadi tidak patuh bila tidak diawasi.  Tentu ini adalah contoh perilaku yang tidak jujur. Orang jujur suka memengaruhi rekan kerjanya untuk menghormati aturan yang berlaku, baik aturan formal maupun aturan tidak formal, terutama yang dianggap valuedalam komunitas  di mana ia berada.
  • Orang jujur, tulus dalam bekerja. Tugas dan tanggung jawabnya dikerjakan dengan sepenuh hati. Dari mulutnya hampir tidak pernah terdengar sungut-sungut,  sebab yang ada hanyalah ucapan syukur dan ekspresi sukacita.  Orang jujur sangat paham   filosofi bekerja, bahwa pekerjaan adalah amanah dari Yang Maha Kuasa, yang  harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya,  supaya mendatangkan sukacita dan anugerah dari Yang Maha Kuasa.

Dengan indikator seperti tersebut di atas, dapat dipahami makna sebuah kalimat bijak: ’Yang Maha Kuasa sangat erat bergaul dengan orang jujur, dan menganggap keji orang tidak jujur.  Sayangnya  kita sering merasa iri dengan keberadaan orang tidak jujur, dan mengabaikan kehadiran orang jujur. Padahal ada kalimat bijak lain yang mengatakan: ’Rumah orang tidak jujur  akan runtuh, tetapi pondok orang  jujur  akan tumbuh’.  

Sejujurnya,  kita merindukan kehadiran orang JUJUR di sekitar kita. Namun jauh lebih baik, apabila kita sendiri yang menjadi orang JUJUR itu.

Semangat pagi!  Jadilah orang JUJUR!

Bandung, 28 juni 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun