Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerja adalah Ibadah

8 Februari 2016   22:20 Diperbarui: 8 Februari 2016   22:23 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Jadi benar, bahwa kerja adalah ibadah, lebih tepatnya sebentuk ibadah. Secara umum manusia beribadah di dua tempat: di tempat ibadah seperti mesjid, pura, vihara, gereja; dan di tempat kerja. Bentuk ibadat pertama adalah ritual sembahyang, sedangkan ibadah kedua adalah olah kerja yang diabdikan kepada Tuhan.

            Semua agama mengajarkan agar manusia berbuat kebaikan sebesar-besarnya dan menjauhi kemungkaran sebisa-bisanya. Intinya, kita harus turut berkarya membangun hal-hal yang baik, benar dan adil sebanyak-banyaknya, Kerja menyediakan  lapangan untuk secara kongkret melaksanakannya, misalnya untuk kejayaan negara, pembangunan bangsa, penegakan demokrasi, penciptaan masyarakat madani, pemuliaan kemanusiaan, pelestarian lingkungan hidup, penegakan keadilan, promosi perdamaian, peningkatan kemakmuran atau idealisme besar lainnya, termasuk kepada Tuhan secara langsung. Karena itu kita memang  layak memngabdikan diri melalui pekerjaan kita.

            Secara singkat kita dapat mengatakan bahwa berbuat kebaikan, beramal, adalah bentuk dari ibadat. Bekerja adalah berbuat baik, bahkan ikut membangun dunia. Jadi bekerja adalah salah satu bentuk ibadah. Jika premis ini kita terima, bahwa bekerja adalah ibadah, maka di mana pun kita bekerja, berarti di situ kita beribadah. Tempat kerja kita adalah tempat ibadah, rekan-rekan kerja kita adalah rekan-rekan kita yang juga beribadah.  Semua sarana dan prasarana yang kita pakai bekerja adalah sarana dan prasarana kita melaksanakan ibadah. Para pimpinan di tempat kerja kita adalah pimpinan untuk ibadah. Oleh karena itu, berbuat onar, mencuri, korupsi, berdemonstrasi di tempat kerja adalah berbuat onar, mencuri, korupsi dan berdemonstrasi di tempat ibadah.

            Bekerja yang dihayati sebagai ibadah, sebagai bakti, sebagai pengabdian kepada Tuhan dan segenap atribut-Nya seperi keadilan, kebenaran, perdamaian, kemakmuran, kesatuan dan persatuan, pada dasarnya harus kita tunjukkan lewat memberikan diri, membagikan ilmu, pengetahuan, memberikan waktu, harta, dan hati kita kepada komunitas kita. Dan sekali lagi, tindakan ini penting sebenarnya demi kita juga, yakni supaya kita hidup sepenuh-penuhnya, sesejati-sejatinya, segembira-gembirnya dan sebahagia-bahagianya.

 

PS.

●      Tulisan ini merupakan tanggapan atas tulisan Kang Pepih, tentang pengalmn bekerjanya sebagai "Homo Luden". Terima kasih kepda Pak Jansen H. Sinamo,  Pak Tatag Utomo dan Pak Andrie Wongso, yang bukunya dipakai referensi dalam penulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun