LOMBOK. Sering kita dengar sebuah nasehat: "apa pun kejadiannya, pasti ada hikmahnya". Makna paling dalam dari nasehat ini adalah ajakan untuk berpikiran positif.
Memang setiap kejadian, dapat dipastikan memiliki sisi positif dan sisi negatif, atau sisi optimis dan sisi pesimis, yang tentunya memiliki proporsi dan dampak berbeda satu sama lain.
Berpikiran positif adalah satu cara untuk mengangkat ke permukaan sisi positif suatu fenomena dan mengubur dalam-dalam sisi negatifnya.
Misalnya, terdapat sebuah gelas yang telah berisi air setengahnya, maka dengan cara padang berpikiran positif akan menyebutnya "gelas berisi setengah", sebaliknya dengan cara padang berpikiran negatif disebut "gelas kosong setengah".
Suatu ketika, taruhlah ada pikiran untuk bersekolah ke jenjang lebih tinggi. Cara berpikiran positif adalah mencari berbagai alasan atau dalih tentang positifnya bersekolah sehingga akhirnya keputusan untuk bersekolah diambil.
Sebaliknya, cara berpikiran negatif adalah mencari alasan atau dalih sebaliknya yang bersifat negatif sehingga akhirnya diambil keputusan untuk tidak bersekolah.
Berikut ini, masing-masing tiga contoh  alasan positif atau negatif tentang keputusan perlunya bersekolah.
Contoh alasan positif bersekolah, seperti: Menuntut ilmu itu sepanjang hayat di kandung badan; Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Tiongkok; Ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak, merupakan 1 dari 3 perbuatan amal jariah yang menjadi modal akhirat.
Adapun contoh tiga alasan negatif bersekolah, seperti: Sudah terlalu tua untuk menuntut ilmu lagi; Sekolah ke luar negeri menghamburkan devisa negara; Kapan lagi menikmati hidup?.
Memang, Â terdapat sebuah kiasan dalam budaya bangsa kita, bahwa: "Ada seribu alasan untuk mau, tetapi ada sejuta alasan untuk tidak mau".
Kiasan ini  dapat dikembangkan menjadi: "Ada seribu alasan positif untuk mau, dan ada sejuta alasan negatif untuk tidak mau".