Coba dan terus dicoba menemukan stimulan emosi kebahagiaan tersebut. Perlahan tapi pasti perubahan emosi negatif menjadi emosi positif  akan bangkit  dan terus  membesar.
Seiring dengan tumbuhnya  emosi positif menumbuhkan pikiran positif, selanjutnya menimbulkan sikap positif, dan perilaku positif. Akhirnya  menjadikan hidup berkualitas.
Sebaliknya, apabila individu menjadikan dirinya sebagai pasien (penderita), maka  emosi negatif (sedih, marah, takut) bukannya hilang, malahan semakin  besar, sehingga semakin menambah dalam  luka hati dan perasaannya.
Memang begitulah karakter emosi negatif, apabila dibiarkan ia akan bergulir seperti bola salju, yang membesar  dan terus membesar hingga merusak apa saja yang berada di lintasannya. Lintasannya tersebut adalah perasaan pemiliknya.
Hati dan perasaan terluka akan menimbulkan pikiran negatif, sikap negatif, dan perilaku negatif. Akhirnya, akan menyebabkan kehidupan slebor, acuh tak acuh, trauma, Â hingga sampai bunuh diri.
Disadari, memang tidak sama kemampuan individu untuk mengubah sikap perilaku dirinya  dari seorang pasien menjadi seorang dokter. Hal ini tergantung pada kekuatan mentalitas masing-masing individu.
Individu dengan mentalitas kuat tentu akan dengan cepat mengubah emosi negatif menjadi emosi positif. Namun, bagi individu dengan mentalitas lemah akan tidak mudah atau membutuhkan waktu lama, bahkan memerlukan bantuan pihak lain (keluarga, teman, dan / atau psikolog) untuk mengubah emosi negatif menjadi emosi positif.
Ingat, pihak lain hanya membantu, tetapi kesadaran untuk mengubah emosi negatif menjadi emosi positif harus ada dan tertanam dalam lubuk hati kita masing-masing.
Ayo terus semangat dan membulatkan tekad untuk  membangun emosi positif demi memperoleh hidup berkualitas.  (S. Sumas / sugiarto@sumas.biz)