Oleh: Joki Kuda
Saya senang sekali Presiden Jokowi mencalonkan Budi Gunawan sebagai kapolri baru. Bukan berarti saya setuju orang ini kelak menjadi pemimpin lembaga super korup ini. Sudah lama Budi tidak tersentuh hukum. Pemrosesan dugaan rekening gembrotnya seperti berjalan di tempat. Bukti sudah ada di mana-mana. Ibaratnya tanpa bukti fisik pun hampir pasti semua orang yang mengenakan seragam coklat dan bermabes di Trunojoyo adalah penjahat, SAMPAH masyarakat. Dan sampah ada yang mudah dibersihkan, lumayan sulit dibersihkan, serta hampir mustahil dibersihkan saking bandel dan kronisnya.
Sampah seperti ini sudah menumpuk selama berpuluh tahun. Tidak ada yang sanggup membawanya ke Bantar Gebang atau fasilitas insinerator, tempat yang layak bagi pagar makan tanaman seperti mereka. Tidak seorang pun mampu. Habibie yang penerus A-Soeharto, Gus Dur, Megawati apalagi manusia lebay dan tentara pesolek macam si tambun dari Pacitan. Tidak seorang pun punya tenaga ataupun niat untuk melakukannya.
Budi Gunawan dan konco-konconya ibarat hama tikus yang sudah kebal dengan segala macam racun dan jebakan. Tubuh dan jiwa mereka sudah mengalami mutasi sedemikian rupa sehingga apa pun yang berbau kebaikan dan demi kemaslahatan orang banyak tidak tembus nurani mereka, kalau mereka masih punya apa yang namanya nurani. Semua adalah mengambil sebanyak-banyaknya untuk keuntungan pribadi mereka dengan merugikan pihak lain. Datanglah minta diuji untuk memperoleh SIM di SAMSAT. Laporlah ke mereka kalau Anda tertimpa kemalangan, kecurian, tertipu, atau diperkosa. Mereka siap melindungi dan melayani, ASAL ANDA PUNYA BANYAK UANG. ‘Untuk operasional,’ kata mereka, ‘karena negara tidak menyediakan dana untuk itu.’
Lalu datanglah, Joko Widodo. Beliau orang baik (kalau Anda tidak percaya Basuki bahwa di dunia ini tidak ada orang baik (jangan salah, saya cinta Pak Basuki)). Dan saya yakin Jokowi seperti halnya kita semua sudah mual melihat sepak terjang bandit-bandit seperti Budi dan korpsnya. Sebut Sutarman yang menghalang-halangi KPK dan hendak mencelakakan anak buahnya sendiri yang diperbantukan di KPK, Novel Baswedan. Mundur dua generasi ke belakang ada Susno 2G dengan Cicak vs. Buaya, juga upaya melemahkan KPK.
Pak Joko senang bekerja tanpa banyak bicara. Dan sekarang, kita saksikan aksi beliau dengan cerdiknya menggiring tikus keluar dari sarang mereka. Tidak tanggung-tanggung dua ekor tikus akan segera menemui tim gropyokan: Budi Gunawan dan Sutarman. Siapa pun yang sok tahu sok pintar akan malu sambil diam-diam mengakui Pak Joko dua langkah di depan mereka. Kalau tidak segera ‘dipromosikan’ Budi tidak akan tercokok. Strategi yang sangat jitu. Budi tidak akan pernah menjadi kapolri dan Sutarman tetap akan diberhentikan di tengah jalan karena manusia ini adalah masalah bukan penyelesai masalah. Sekarang kita tinggal menunggu siapa sapu yang akan Pak Joko gunakan untuk membersihkan toilet kotor menjijikkan penuh kuman bernama POLRI. Saya kira Pak Joko butuh sesuatu yang lebih kuat dari sekadar sapu. Beliau butuh banjir kiriman dari Bogor untuk menggelontor Trunojoyo dan mengirim sampah-sampahnya ke laut lepas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H