Unifikasi liga sebagai hasil konggres PSSI mau tidakm mau harus dapat dilaksanakan dengan lebih baik dibandingkan dengan liga sebelumnya baik IPL maupun ISL yang berjalan sendiri-sendiri. Apapun alasanya dualisme liga adalah langkah pemborosan dan menghambur-hamburkan energi dalam persepakbolaan nasional dan memecahbelah insan sepakbola nasional.
Kita harus jujur mengakui baik IPL maupun ISL berjalan belum pada tataran ideal sebagai sebuah liga sepakbola profesional. Masih banyak kekurangan dan kelemahan yang harus dapat dibenahi pada liga unifikasi tahun depan. banyaknya tunggakan gaji pemain, terancamnya kolapsnya klub, perkelahian pemain, bentrok suporter menjadi PR yang sangat penting untuk segera dibenahi sebelum liga digelar lagi tahun depan.
Tunggakan gaji pemain merupakan imbas dari ketidakmampuan finasial klub-klub peserta liga. Problem finansial ini seyogyanya harus segera dicari solusinya agar klub-klub peserta liga nantinya tidak mengalami masalah yang serupa. Operator liga dan PSSI harus melakukan verifikasi kemampuan finansial masing-masing klub secara cermat,
Seyogyanya hanya klub-klub yang mampu secara finansial yang akan menjadi peserta kompetisi tahun depan, Jangan sampai cerita tidak digajinya pemain bahkan sampai ada yang meninggal terulang kembali. Solusinya bisa bermacam-macam, bisa bank garansi, pembatasan gaji pemain, deposit klub, atau kalau perlu garansi pribadi para pengurusnya sehingga tidak ada lagi pemain yang menjadi korban. Yang penting letakan kepentingan pemain sebagai asset sepakbola nasional pada tempat tertinggi, PSSI harus memaksa klub untuk mematuhi aturan soal penggajian pemain dan PSSI harus bisa memberi sanksi atau denda bagi klub yang tidak mampu memenuhi kewajibanya kepada pemain maupun pelatih.
Masalah lainya adalah perkelahian pemain yang masih kerap terjadi. Ini juga PR yang penting. PSSI melalui Komisi Disiplin harus memberikan sangsi yang tegas dan adil dan tanpa pandang bulu kepada pemain yang menimbulkan keributan di lapangan karena telah mencederai nilai-nilai sportiftas. sangsi yang sama juga harus diberikan kepada pelatih maupun official tim lainya jika berbuat yang demikian juga sehingga dapat menimbulkan effek yang jera dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang sama.
Persoalan yang tidak mudah lainya adalah dualisme klub akibat imbas dualisme kompetisi kemarin. PSSI harus membuat win-win solution dengan mengedepankan asas bahwa klub adala asset dan potensi sepakbola nasional yang harus dilindungi dan didorong terus menerus agar maju dan berkembang. Caranya bisa dengan pendekatan hukum, ganti nama, tambah nama atau pindah home base dengan nama baru. yang penting klub jangan sampai dimatikan.
Persoalan laten lainya adalah keributan antar suporter yang sering terjadi. PSSI dan Klub harus dapat meredakan situasi yang tidak baik ini karena dapat menggangu jalanya kompetisi maupun dapat menimbulkan kerusushan sosial yang semua tidak kita inginkan.
So, kedepan liga unifikasi dapat digelar lagi dengan lebih dan lebih baik lagi sehingga kita tidak mendengar cerita lagi tentang tidak digajinya pemain atau pelatih maupun meninggalnya pemain karena tidak terurus dengan baik oleh klubnya. berkurangnya perkelahian pemain maupun bentrok antar suporter serta isu-isu negatif lainya seperti pengaturan skor maupun judi. Semoga.
(NB : Dalam rangka membangun budaya diskusi yang sehat dan beretika , mohon maaf komentar ataupun tanggapan bernada SARA, hujatan dan caci maki akan kami hapus. Harap maklum)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H