Mohon tunggu...
Sugeng Tri Wahyudi
Sugeng Tri Wahyudi Mohon Tunggu... -

seorang biasa yang hanya ingin belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Money

Inovasi Teknologi demi Sang Ibu.....

17 November 2010   07:50 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 4152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyuaji Prabowo Nugroho dan Fauzul Azhiim selalu kasihan tatkala melihat ibu mereka mengalami kesulitan saat memarut kelapa. Dari sana, timbullah ide untuk membuat alat parut kelapa otomatis dan manual.

IDE yang berawal dari masalah yang kerap dialami kaum ibu rumah tangga, khususnya saat melakukan proses pemarutan tersebut menjadi dasar Banyuaji dan Fauzul, begitu kedua pelajar asal SMA Semesta BBS Semarang akrab disapa, membuat sebuah karya inovatif yang dapat menjadi solusi bersama.

”Saya selalu kasihan kalau melihat ibu saya sedang memarut. Biasanya ibu saya memakai alat parut yang umum ada di pasaran, berupa besi tipis ada gerigi. Namun, alat tersebut tidak efektif, selain itu juga kadang membuat luka di tangan,” tutur Banyuaji diamini Fauzul.

Melihat kondisi tersebut, kedua pelajar yang gemar melakukan serangkaian penelitian dan uji coba tersebut kemudian mencoba melakukan kajian untuk membuat alat pemarut yang efisien, mudah, namun efektif.

Prinsip menciptakan alat yang efisien, mudah dan efektif menurut keduanya sangat diperlukan di jaman modern sekarang dimana manusia dituntut mampu menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien. Prinsip efisien, mudah dan efektif sekaligus juga menjadi nilai plus alat yang mereka ciptakan.

”Kami ingin mempermudah kinerja orang yang akan memarut dengan alat yang kami ciptakan,” tutur Banyuaji. Keduanya lalu membuat alat pemarut kelapa manual dan otomatis (Automatic and Manual Coconut Processor).

Sesuai dengan namanya, alat parut ciptaan Banyuaji dan Fauzul tersebut berusaha menggabungkan cara kerja alat parut manual dengan otomatis. Artinya alat ciptaan mereka bisa digunakan baik secara manual maupun secara otomatis dengan menghidupkan mesinnya.

”Cara pengoperasiannya memang bisa dengan manual dengan memutar tuas pisau pemarutnya dan cara otomatis dengan menghidupkan dinamo listrik sehingga pisau pemarut dapat berputar dengan sendirinya,” ungkap Fauzul.

Ditambahkan Fauzul, meski memiliki dua cara pengoperasian (manual dan otomatis),alat parut ciptaan mereka menerapkan prinsip kerja ”one man show”, artinya alat tersebut cukup dioperasikan sendiri. Itu disebabkan, dalam alat tersebut terdapat mesin dinamo listruk, piasu pemarut, dan vanbell yang masing-masing alat tersebut digabung menjadi satu, sehingga ringkas dalam penyimpanan.

Pada awal rancang desain, kedua pelajar Kota Lumpia tersebut sempat menggunakan kayu yang dibuat menyerupai bentuk kapal sebagai penutup atas. Namun, karena kayu dinilai berat, keduanya menggantinya dengan besi. Ke depan, apabila alat tersebut mampu komersil, penutupnya bisa menggunakan semacam mika dengan model tutup buka dibagian samping.

Dari hasil uji coba yang dilakukan, alat tersebut mampu bekerja optimal. Hasil parutan begitu lembut seperti alat parut mesin besar meski alat parut tersebut hanya berdimensi ukuran panjang 30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10 cm.

Selain mampu memarut, alat ciptaan Banyuaji dan Fauzul tersebut juga dilengkapi dengan alat penyerut untuk menyerut kelapa muda. Alat penyerut diletakkan dibagian samping. Ide penambah alat penyerut kata mereka diambil dari sebuah alat produk penyerut dari Australia.

”Namun alat penyerut tersebut belum bisa difungsikan secara optimal mengingat kecepatan putar mesin mencapai 1500 rpm. Kalau alat serut tersebut mau berfungsi baik kecepatan harus kami turunkan,” ujar Banyuaji.

Mereka berharap, alat ciptaannya mampu masuk tahap komersil. Jika alat parut kelapa otomatis dan manual buatan pelajar Semarang itu masuk tahap komersil, biayanya dipastikan bisa lebih murah dari biaya produksi prototipe sederhana yang hanya berkisar Rp 200-an ribu. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun