Mohon tunggu...
Sugeng Triyono
Sugeng Triyono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang Pendidik yang sedang merantau di Kalimantan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan sebagai Pilar Strategis Kekuatan Bangsa Menghadapi MEA

11 Mei 2015   08:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:10 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak permasalahan yang dihadapi oleh suatu bangsa/ negara di dunia ini. Mulai dari negara miskin, sedang berkembang, berkembang, bahkan negara maju sekalipun. Permasalahan yang dirasakan oleh masing-masing negara pun tentunya berbeda, baik dari segi kompleksitas masalah maupun penyebab timbulnya permasalahan. Adapun contoh dari bentuk permasalahan yang sering dialami oleh negara-negara di dunia ini antara lain masalah ekonomi, politik, sosial, lingkungan, budaya, dan ketidakmampuan suatu bangsa untuk menghadapi persaingan di tengah derasnya arus globalisasi atau sering disebut dengan MEA yang sudah tidak mampu untuk dielakkan lagi seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.

Permasalahan-permasalahan seperti yang dicontohkan di atas sebenarnya merupakan sumbangan dari adanya arus globalisasi yang semakin deras sehingga menjadikan batas antara negara satu dengan negara lainnya semakin kabur. Dampak dari konvergensi berbagai pengaruh globalisasi tersebut semakin membuat tantangan yang harus di hadapi oleh masing-masing negara khususnya Indonesia semakin berat. Berbagai masalah yang timbul karena adanya pengaruh arus globalisasi seperti MEA 2015 tersebut hanya dapat diatasi dengan peningkatan kualitas manusianya itu sendiri yang notabennya merupakan subyek dari suatu bangsa. Peningkatan kualitas tersebut dapat berbasis pada iptek dan moral. Hal ini sejalan dengan pemikiran Rukiyati (2013: 181) yang mengatakan bahwa dengan meningkatnya kualitas pengetahuan dan keterampilan (iptek) serta moral tersebut, berarti akan meningkatkan daya saing guna memenangkan kompetisi dengan negara-negara lain. Daya saing tersebut semakin tidak tergantung pada kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang semakin rendah dan murah, akan tetapi sangat bergantung pada pengetahuan dan keterampilan, serta moral yang dimiliki oleh suatu bangsa. Peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan (iptek) serta moral secara berimbang tersebut hanya bisa ditemukan melalui proses pendidikan. Karena sejatinya tujuan pendidikan sama dengan tujuan pembangunan, yakni bukan sekedar pembangunan sumber daya manusia untuk mencapai kemajuan ekonomi, atau terbebasnya masyarakat dari kemiskinan semata, tetapi tujuannya lebih humanistik, yaitu peningkatan kualitas diri, pengembangan potensi secara utuh, dan peningkatan kualitas kehidupan dan harkat manusia.

Menurut Notonagoro (1973 : …) yang dimaksud dengan pendidikanpada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan/ keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Selain itu, pengembangan kepribadian/ moral dan kemampuan/ keahlian merupakan sifat dwi tunggal pendidikan nasional. Berangkat dari pernyataan dan konsep yang telah dikemukakan oleh Nontonagoro tentang pendidikan seperti di atas, maka dapat di tarik asumsi bahwa pengembangan pendidikan pada dasarnya di maksudkan untuk dua tujuan, yaitu untuk pembinaan moral dan intelektual.

Agar dapat siap menghadapi MEA 2015 sebagai akibat sumbangan dari arus globalisasi yang membuat Indonesia mau tidak mau untuk terus bersaing serta mempertahankan kekuatannya, dapat diatasi dengan pendidikan. Hal itu sejalan dengan pendapat (Freire, 1977) bahwa melalui pendidikan masyarakat semakin berdaya sehingga dapat membantu memahami dunia dan siap untuk pembangunannya. Kondisi masyarakat di tengah arus globalisasi yang penuh dengan persaingan, perubahan yang sangat cepat, terbatasnya kesempatan kerja, semakin berkurangnya sumber daya alam, medorong untuk diperlukannya pembentukan masyarakat belajar. Pembentukan masyarakat belajar ini disamping untuk instrument dasar bagi pencapaian kemajuan ekonomi dan politik, juga sangat penting untuk pengembangan masyarakat yang bijak dan manusiawi.

Dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan lah permasalahan-permasalahan bangsa itu dapat diselesaikan. Segala permasalahan ekonomi, sosial, budaya, politik, lingkungan, dan ketidakmampuan suatu bangsa untuk menghadapi persaingan di tengah derasnya arus globalisasi penyelesaiannya hanya kembali atau bermuara lagi pada “PENDIDIKAN”. Dengan pendidikan dapat mengatasi segala permasalahan tersebut mengingat hakikat dari pendidikan sendiri yaitu peningkatan kualitas diri, pengembangan potensi secara utuh dan penigkatan kualitas kehidupan serta harkat manusia.

Proses pendidikan bukanlah hanya ditujuakan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi semata, tetapi lebih pada nilai-nilai moral yang akan didapatkan oleh para peserta didik, yaitu nilai-nilai humanistik sebagai bekal manusia untuk bertindak lurus dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan, hakikat pendidikan dan pembangunan memiliki sifat hubungan yang nyata. Pendidikan adalah inti dari pembangunan, pembangunan merupakan hasil dari pendidikan, pendidikan dan pembangunan adalah instrument paling penting untuk mengembangkan manusia dan pembebasan. Bahkan, tujuan akhir dari pendidikan dan pembangunan adalah sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup dan harkat manusia. Sangat jelas, jika pendidikan merupakan suatu hal yang harus menjadi perhatian utama setiap bangsa jika ingin negaranya terbebas dari belenggu-belenggu yang mengancam kelangsungan kehidupan bangsanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun