Sekdes dipandang orang yang dihormati di Desa selain Kepala Desa.
Banyak anggapan sekdes juga banyak uang, punya prestice tinggi kalau berpasan dengan orang pasti diklakson tit tit yap.
Yang membuat bangga itu hanya pejabat desa yang status jabatannya sebagai panggilan sehari hari selain guru.
Kalau Polisi Negara biasa saja dipanggil dengan sebutan nama " Pagi Pak Heri" misalnya. Jika Polisi Desa cara manggilnya dengan sebutan "Lis" yang artinya Polisi. Jika Sekdes ya Pa Carik  tidak menyebut nama tapi jabatannya.
Hal ini pula yang kadang membuat sebagaian para pejabat desa lupa diri dan tidak sedikit yang besar kepala. Ada yang arogan ada yang sombong yang baik juga banyak.
Sekdes sebagai koordinator tentu berbanding lurus dengan penghasilannya ada perbedaan sedikit ketimbang perangkat desa dibawahnya.
Jabatan sekdes sudah mentok karena diatas Sekdes Kepala Desa. Tidak ada promosi kecuali ikut dalam kancah pemilihan Kepala Desa itupun jika berhsail menang jika kalah ya jabatan taruhannya.
Mental psikologi harus disiapkan sejak dini pasalnya mental akan terganggu jika jabatan menjadi dewa, jika sewaktu waktu harus menanggalkan jabatan itu sudah resiko.
Filsafat Stoikisme adalah pilihan ilmu yang menurut penulis tepat. Dengan mencoba mengambil resiko terburuk dan melatih diri membayangkan dan merasakan pada kondisi terburuk itu. Ini sebagai kontrol psikologi walau pada hakekatnya seseorang tidak akan menerima begitu saja ketika apa yang dimilikinya hilang atau berpindah tangan terlebih jika dipaksa diambil orang.
Berserah dirilah jalannya, jalani dan laksanakan tugas dengan sebaik baiknya semoga kita semua diberkahi amin. Terimakasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI