Terlihat kerumunan para pecinta badminton sedang gotong royong memperbaiki lane (lapangan badminton.red).
Tidak perlu gedung cukup siapkan halaman rumah seukuran lapangan kemudian dipelur , main badminton rasa misbar (gerimis bubar.red)
Inilah gambaran olah raga dikampung. Para pecinta olah raga badminton begitu antusias pasalnya selain hobi tersalurkan lapangan dihalaman tergolong murah dan lebih seru.
Bagaimana tidak dibandingkan main digedung, lapangan dihalaman rumah tidak perlu bayar sewa dan minta jadwal. Cukup layar (yang kalah bayar.red). Sepuluh ribu rupiah harga shuttlecock main sampai keringetan.
Hanya saja main badminton dihalaman siap kecewa jika hembusan angin kencang. Permainan badminton yang bolanya berbahan bulu ayam ini antipati dengan angin.
Selain itu para pemain badminton halaman rumah pesertanya siapa saja. Olah raga intinya berkeringat tidak perlu berkostum layaknya pemain pelatnas cukup celana kolor dan kaos oblong sepatu pun luput.
Keseruan badminton halaman kala pemainnya kelas kronco (amatir.red). Service hingga smash selalu luput tak mengenai sasaran tak elak penoton tertawa riang sambil sorak sorak.
Mando istilah cuaca tak berangin jadi idaman peserta badminton. Para pemain dan penonton dipastikan berderet nunggu giliran.
Salam olah raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H