Jika kita terbawa emosi rasanya apa yang ada dalam pikiran secepatnya ingin diungkapkan, ungkapan emosi bisa dengan berbagai hal ada yang dengan cara positif ada juga dengan cara yang negatif.
Meluapkan Emosi lebih condong kearah yang negatif misalnya dengan berantem, marah marah, mencaci, memaki. Hasutan emosi mendorong manusian berbuat keluar dari kontrol tapi itu masih manusiawi bahkan bisa lebih tidak manusiawi ketika emosi sudah membutakan mata hati manusia.
Namun adakalanya emosi juga bisa disalurkan lewat hal yang lebih positif, menulis misalnya dengan menulis kita bisa meluapkan emosi kita lewat tulisan, tentu cara ini dianggap lebih baik daripada emosi membutakan kita.
Mengenal emosi dan cara mengemasnya itu sesuatu yang awam bagi kita, hanya dengan mengenali emosi itu sendiri maka kita bisa mengontrol emosi.
Sebagai contoh saja, emosi bisa saja terjadi pada setiap diri kita. Kita tidak bisa memprediksi kapan emosi itu menghinggapi perasaan kita. jika hidup kita fine fine aja maka emosi tidak akan ada kalaupun ada tidak akan mempengaruhi jiwa kita sehingga harus berbuat sesuatu yang merugikan.
Anehnya saat kita dalam kondisi tidak emosi ada saja yang memanfaatka rasa emosi kita sebagai penghasilan buat mereka. Meraka ini sangat pandai memainkan perasaan hingga sangking pintarnya kita kerap terbawa dalam alur skenario mereka. Apalagi kalau bukan tontonan televisi yang biasa disebut dengan sinetron, film, lawak, drama.
Dalam sebuah cerita disinetron misalnya, kita sebagai penonton sering dijadikan objek sekaligus kelinci percobaan bagi para sineas, pasalnya semakin mereka (sineas.red) bisa memancing emosi dan membawanya seolah olah adegan dalam film itu nyata, maka para sineas dianggap berhasil. Ini yang saya sebut sebagai penghasilan.
Dengan alur cerita yang menarik penuh intrik totalitas pemain, berbau kekinian sudah pasti akan menarik para kawula muda hingga orang tua.Â
Sadar atau tidak kita sering dibuat emosi oleh tontonan tv. Maka tak heran jika ada ibu ibu yang gemar nonton sinetron bisa terbawa emosi hingga ke dunia nyata.
Sadarilah semua itu hanya tontonan dengan harapan bisa menjadi tuntunan alangkah baiknya kita sadar dan bisa mengendalikan atau mungkin mengemas emosi kita dengan cara bahwa apa yang kita saksikan hanyalah akting dan settingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H