Jaman sudah sedemikian majunya, keberadaan teknologi semakin canggih tak heran jika hal itu sekarang mempermudah siapa saja.
Sekolah misalnya, di Desa Cenang, Songgom-Brebes Jawa Tengah. Sekolah setingkat SD kiniemanfaatkan teknologi medsos sebagai sarana komunikasi antara murid guru dan orang tua. Dengan medsos ini guru atau wali kelas bisa terhubung langsung dengan orang tua dan wali murid dengan membuat grup whatsapp.
Dengan sarana WA Grup Wali Kelas dan Guru bisa sewaktu-waktu memberikan pengumuman atau broadcast terkait tugas dan hal penting lainnya, baru saja di WAG diumumkan bahwa perkiraan masuk sekolah tanggal 13 Juli 2020.
Dengan begitu maka masa libur sekolah nambah satu bulan lebih kedepan, kalau melihat berita unggahan status di media banyak anak yang mulai jenuh, bosan setelah dirumah aja.
Ada anak yang nangis rindu teman sekolah kangen bercengkrama bersama bermain bersukaria disekolah. Kegiatan itu kini hilang memaksa anak ikut merasakan ketidakpastian yang panjang.
Pandemi memupus semua harapan dan asa
Beda dengan Anak saya sebut saja tono (nama samaran.red). Entah apa yang ada dipikirannya, Sekolah itu dianggap kegiatan yang tidak menyenangkan menurutnya. Itu dibuktikan saat di minta bangun dan siap-siap sebelum diliburkan susahnya minta ampun. Seringkali cekcok ketika pagi ayah dan anak perihal sekolah tak jarang juga sitono ngamuk walau ujungnya tetap ke sekolah.
Melihat raut wajah yang tertekan tidak senang tono terpaksa berangkat sekolah.
Sebagai orang tua kami merasa sudah memberikan fasilitas yang orang lain tidak berikan seusianya, apakah disana kesalahan saya sebagai orang tua? Pertanyaan itu terus menghantui sampai kini.
Sekolah harusnya membuat anak semangat karena disana bisa menemukan banyak hal terutama bersosialisasi dengan teman sebaya, tetapi sekali lagi tidak buat tono.
Setiap kali mau kesekolah wajahnya ditekuk berharap semua tanggal dikalender merah semua hhhÂ
Apalagi setelah tahu kalau perkiraan masuk sekolah diundur girang bukan main tersenyum lebar.