Menuju hari ini sejak ditetapkannya awal bulan puasa pada tanggal 24 april 2020 keputusan sidang isbat pada jum'at (22/05/2020) memutuskan awal bulan syawal pada minggu (24/05/2020) itu artinya lebaran ditetapkan hari minggu (24/05/2020).
Lebaran telah tiba, kali ini berbeda seiring perkembangan pandemi covid-19 yang tak kunjung surut informasi terakhir kasus terkonfirmasi melonjak tajam diangka 20 ribu kasus dengan angka kemtian 1.300 jiwa sedang yang sembuh naik menjadi 5.000 jiwa.
Dengan lonjakan tersebut membuktikan imbauan pemerintah tidak begitu mempesona hingga rakyat abai kepadanya.
Maka tak heran jika lebaran kali ini melayang surat edaran Gubernur Jawa Tengah untuk pelakasanaan sholat ied dirumah saja bersama keluarga inti, sampai anjuran bacaan khutbah sholat ied pun diamanahkan dirumah saja.
"Terserah " jadi jargon anyar lantaran rakyat kebingungan menentukan sikap begini begitu serba salah ketakutan akan penyebaran corona dibarengi ketakutan tidak makan antara berani dan kelaparan beradu jadi satu. Susah mikir jadilah warga +62 bisa dibilang nglalu terserah.
Kota ditinggal penghuninya secara sembunyi sembunyi melalui jalur tikus itu terlihat bahwa dua hari terakhir lonjakan pemudik bertambah pesat.
Menjelang idul fitri di kampung H-1 di tengah pandemi dan imbauan untuk tetap di rumah rupanya tidak merubah normal baru, tradisi prepegan pergi ke pasar saat mau lebaran tetap ada lihat saja pasar pasar di kampung begitu ramainya. Mereka masyarakat berbondong bondong belanja baju baru, kembang untuk sekar ke makam, belanja aneka jajanan persiapan nyadran (silaturahim kunjungi saudara handai taulan).
Desa tak bergeming dari wabah covid-19 terlebih di Desa Cenang, Songgom-Brebes Jawa Tengah dari total kepulangan pemudik yang pling tinggi di Kecamatang Songgom hingga 1.000 orang tak satupun belum ada yang dinyatakan positif. Sehat semua warga cenang.
Yang sedang hangat adalah keributan soal pembagian Bantuan Langsung Tunai Jaring Pengaman Sosial dari kriteria calon penerima 14 poin cuma dijadikan pajangan saja, bukan hanya yang miskin para sikaya juga punya argumem kenapa mereka tidak memperoleh bantuam, dalihnya bahwa ini bukan masalah sikaya dan simiskin melainkan bencana wabah dan itu tidak mengenal kasta, harusnya semua mendapatkan bantuan.
Dari perdebatan di atas rupanya bantuan belum banyak menyentuh mereka yang terdampak langsung seperti para pekerja yang dirumahkan, pedagang yang terpaksa pulang kampung sehingga banyak interupsi yang muncul di kantor desa.
"Saya sudah 5 bulan dirumah dan tidak lagi dagang sementara kontrakan harus terus saya bayar, sekarang dirumah istri melahirkan cesar pula saya harus pinjam sama saudara 6jt untuk biaya dan kini saya tidak punya uang kenapa saya tidak mendapat bantuan?" Tanya seorang warga