Pasar dijadikan masyarakat sebagai destinasi sekaligus pusat belanja aneka kebutuhan rumah tangga seperti sayur, ikan, aneka kue bahkan pakaian. Di Pasar semua ada karena sejatinya pasar adalah tempat semua jenis pedagang menjajakan dagangannya.
Di Pasar pula transaksi terjadi anyang-anyangan (tawar menawar.red) antara penjual dan pembeli untuk capai kesepakatan harga yang cocok, bagi penjual tidak merugikan, bagi pembeli merasa terjangkau. Kejadian ini hanya ada di pasar, maka tak heran jika kita masuk kedalam pasar sura riuh gaung merdu orang, penjual menawarkan dagangannya pembeli menawar harga.
Seiring waktu dan perkembangan jaman suara gaung itu makin menghilang, kini pasar sudah berubah menjadi pasar modern dengan segala fasilitas yang ditawarkan, lokasi tempatnya yang refresentatif, bersih berpendingin udara, wangi dan bersih. Di Pasar modern barang dagangan dipilih tanpa ada tawar menawar, semua barang sudah tertera harga sehingga pembeli tidak perlu menanyakan kepada penjual, walau ramai tetapi hening.
Barang dilihat bahan dan harga jika cocok  tinggal ditunjukan pada penjaga dan bayar dikasir.
Pasar tradisional sekarang tergeser walau tidak jauh namun bagi para penjual dipasar hal ini sangat berarti karena secara omset sudah dipastikan menurun. Daya beli masyarakat makin berkurang dan lebih memilih jalan-jalan serta belanja di pasar modern.
Pasar tradisional juga sekarang jadi momok biang kemacetan yang keberadaannya justru malah menjadi masalah bagi para pengendara, pasar disalahkan padahal harusnya kebijakan pemerintahlah yang harus ditinjau. Pengkajian dan revitalisasi pasar tentu harus jadi fokus penyelesaian, bagaimana pasar tradisional bisa dibuat lebih baik.
Orang jawa bilang " kali ilang kedunge, pasar ilang gaunge " pasar hilang suaranya, sungai hilang palungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H