Mohon tunggu...
Sugeng R. Bralink
Sugeng R. Bralink Mohon Tunggu... Perawat - Pekerja Migran Indonesia di Qatar

Berbagi tak selalu dengan harta. Dengan karya jurnalisme yang benar dan terpercaya, kita bisa berbagi kebaikan untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Mesti Mengantri Daging Kurban?

6 November 2011   21:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:59 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini adalah hari raya eidul adha atau sering disebut juga sebagai hari raya kurban. Hari dimana disunnahkan bagi setiap muslim untuk menyembelih binatang kurban jika mampu. Di negara arab, lebih banyak dipilih unta dan kambing sebagai kurban. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang banyak berkurban dengan sapi dan kambing.

Menjadi hal yang biasa terjadi di Indonesia seperti nampak di channel-channel TV tanah air adalah seringnya dipertontonkan adegan antrian panjang demi menukar kupon daging kurban. Hal ini menurut saya sangat tidak enak dilihat. Kenapa sih mesti mengantri daging kurban? Kenapa mesti harus berdesak-desakkan yang akhirnya terkadang sampai ada yang terjatuh, terinjak-injak, bahkan sampai jatuh pingsan.

Boleh dibilang sudah susah ketimpa tangga pula. Saya nggak tahu pepatah ini tepat atau nggak. Coba bayangkan, kebanyakan para pengantri ini adalah mereka yang masuk dalam golongan ekonomi lemah. Nggak semua si, karena ada juga yang mungkin saja mampu, tapi ingin merasakan daging kurban juga. Yang sangat disayangkan adalah kenapa adegan antri mengantri daging kurban dari tahun ke tahun kok mesti terjadi terus menerus.

Saya masih ingat dulu ketika saya tinggal di desa. Saat itu sekitar 10 tahunan yang lalu. Walaupun saya tinggal di desa, tetapi ada juga yang mempunyai kemampuan dan kesadaran untuk melaksanakan kurban. Nggak semua loh orang mampu itu berkurban. Kalau tidak dengan kesadaran dan keimanan tentu mereka tak akan berkurban. Menjadi yang menarik bagi saya adalah, adegan antri mengantri daging ini tak pernah terjadi di kampung saya.

Apa yang kita lakukan saat itu? Saya hanya sekedar berbagi disini. Mungkin para panitia kurban di tingkat yang lebih besar bisa mencontohnya. Waktu itu yang kita lakukan pertama kali adalah mendata semua calon penerima daging kurban. Selanjutnya kita membagi daging kurban dalam bungkusan sejumlah penerima tadi. Diangkut dengan gerobak, kita bawa keliling kampung daging kambing yang telah terbungkus rapi tadi. Kita datangi satu per satu rumah dan kita bagikan. Dan respon penerima daging pun sangat luar biasa. Mereka sangat senang sekali.

Demikian sekedar sharing, semoga yang kecil ini bisa menjadi inspirasi dan mencegah adegan antri mengantri daging kurban tak perlu terjadi lagi. Adegan terinjak-injak, terjatuh atau sampai pingsan saat mengantri janganlah terjadi lagi.

Wallahua'lam bishowab

Dukhan, 7 November 2011

Sugeng Bralink

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun