Mohon tunggu...
Sugeng Riyadi
Sugeng Riyadi Mohon Tunggu... Perawat - Diaspora Indonesia di Qatar

Travel around and enjoy your life!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anda bukan Gagal tapi Anda belum Berhasil!

4 November 2011   04:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:04 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semua orang di dunia ini pasti pernah mengalami yang namanya gagal.Kata gagal memang sebuah kata yang tak nyaman didengar apalagi dirasakan. Akan tetapi bahwa banyak proses kesuksesan yang harus diawali dengan kegagalan. Masih ingat dengan kegagalan-kegagalan yang dialami sang penemu listrik di muka bumi ini? Ya Thomas Alfa Edhison! Sang penemu ini mengalami tak hanya puluhan kali gagal, tapi bahkan ribuan kali hingga dia bisa meraih kesuksesan diujung penelitiannya.

Kegagalan ini tak terkecuali juga menimpa saya sendiri. Belum lepas dari ingatan saya ketika beberapa bulan yang lalu saya ditugaskan oleh perusahaan saya bekerja untuk mengikuti satu kursus. Layaknya di setiap kursus atau training pasti diadakan ujian atau examination. Malang tak bisa ditolak untung tak dapat diraih. Dengan berat hati akhirnya saya dinyatakan gagal alias failed.

Saya hanya berikan satu contoh saja kegagalan yang pernah saya alami. Kalau mau ditulis sebenarnya masih banyak lagi. Ketika saya mengalaminya saat itu, nafas terasa "sesak", makan terasa nggak enak. Hati ini berontak dan berteriak. Saya kecewa. Kenapa kok saya? Kenapa yang lain kok lulus? Pertanyaan demi pertanyaan bertubi-tubi menghantui hati kecil saya.

Beberapa minggu setelah kegagalan saya ini, sebagaimana biasanya diadakan pertemuan rutin bulanan sesama karyawan dengan atasan. Sebuah ajang saling bertukar pikiran dan membicarakan berbagai permasalahan yang berkembang di lingkungan kerja. Termasuk juga meng-update kursus-kursus yang diikuti oleh karyawan. Tak terlewat, atasan juga menanyakan tentang hasil kursus saya. "It's hard to say Sir, I failed".

Diluar dugaan saya, Boss saya menyampaikan dengan santun. "You are not failed but you are not passed yet!" . Semua orang pernah gagal. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki di lain waktu. Mendengar pernyataan boss saya, hati ini terasa adem dan menumbuhkan semangat baru. Timbul keyakinan yang besar bahwa betul memang saya nggak gagal tapi belum lulus saja atau belum berhasil. Beda kata, sama artinya tapi syarat makna. Kata-kata yang penuh motivasi. Thanks Boss!

Mulai dari saat itu, saya punya keyakinan bahwa setiap kegagalan adalah merupakan sebuah proses meraih sebuah kesuksesan. Sebenarnya bukan gagal tapi belum saatnya lulus atau berhasil saja. It's NOT FAILED but It's NOT PASSED/SUCCED Yet! Dan alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan kursus yang sama lagi bulan ini. Dengan penuh semangat, motivasi dan percaya diri; alhamdulillah saya bisa lulus di kursus yang kedua ini. Once again, Thanks Boss for your great support!

Kita bisa juga belajar dari pengalaman masa kecil dulu. Kita bisa melihat apa yang dialami oleh anak-anak semasa kecil dari usia bayi sampai bisa berlarian. Mungkin tak terhitung berapa kali mereka gagal ketika mereka memulai membalik badan, tengkurap, merayap, merangkak sampai mereke bisa berjalan sempurna. Yang kita tahu bahwa tidak ada yang namanya kamus gagal dalam dunia anak-anak. Yang ada hanya mencoba lagi dan mencoba lagi sampai berhasil.

Seiring bertambahnya usia bukan membuat diri semakin berani melawan resiko, malahan terkadang semakin takut untuk melangkah. Kita dibayangi rasa takut gagal, takut jatuh dan takut menghadapi resiko kegagalan itu sendiri.

Pesan bijak yang bisa diambil adalah buang jauh-jauh kosakata gagal dari kamus kehidupan kita. Ganti saja dengan kata belum lulus, belum sukses atau belum saatnya berhasil. Kalau memang dengan kata gagal nyaman, ya silahkan dipakai. Tapi kalau nggak nyaman, ganti saja. Nggak ada yang nglarang kok! Kita harus selalu yakin bahwa sesungguhnya di setiap kesulitan ada kemudahan. Wallahua'lam.

Dukhan|4 November 2011
Sugeng Br@link

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun