Teknologi berkembang pesat, salah satu perubahan besar yang bisa kita lihat sekarang adalah kemunculan Artificial Intelligence atau AI. Artificial Intelligence memungkinkan mesin untuk berpikir, bertindak dan meniru manusia. Hal ini membawa dampak yang signifikan dalam berbagai sektor industri, termasuk dalam bidang akuntansi. Namun, yang menjadi pertanyaan besar: jika Artificial Intelligence dapat mengerjakan tugas-tugas akuntansi, apa yang akan terjadi dengan akuntan? Akankah profesi akuntan hilang dalam lima tahun ke depan?

Dalam laporan McKinsey, Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation, memprediksi bahwa sebagian besar pekerjaan manusia akan digantikan oleh AI pada tahun 2030. Beberapa yang terancam adalah pekerjaan low-level seperti data entry, ritel/gudang, customer service dan akuntan. Namun, bukan berarti pekerjaan di bidang ini hilang, karena tugas-tugas yang baru juga akan muncul sebagai respons terhadap kemajuan teknologi baru.
Akuntan adalah pekerjaan rutin dan repetitif. Pencatatan harian, entry data, hingga pembuatan laporan keuangan merupakan hal yang mudah dilakukan oleh mesin. Sejak AI diprogram bekerja lebih cepat dan minim melakukan kesalahan, perusahaan tentu akan mengadopsi AI. Perubahan ini akan menghilangkan profesi akuntan entry level seperti pembukuan. Bahkan senior akuntan juga berada di posisi tidak aman jika tidak meng-upgrade skill mereka dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Meskipun AI pada akhirnya akan digunakan untuk memantau semua aktivitas bisnis dan menemukan peluang serta risiko secara real-time, AI akan tetap memainkan peran pendukung dalam industri, dengan hasil dan keputusan selalu berada di tangan manusia. Sehingga, agar tetap relevan, akuntan perlu membekali diri dengan skill baru yang mencakup penguasaan terhadap software akuntansi, pemahaman database, serta peningkatan soft skills seperti komunikasi, berpikir kritis dan negosiasi.
Artificial Intelligence bukan lagi sekadar wacana masa depan, melainkan telah menjadi realitas yang hadir di depan mata. Kehadirannya membawa dua sisi sekaligus: tantangan dan peluang. Sikap skeptis yang menganggap AI sebagai ancaman justru berpotensi menjadi penghambat kemajuan. Technophobia, atau ketakutan terhadap teknologi hanya akan menghancurkan masa depan. Oleh karena itu, langkah terbaik yang dapat diambil adalah mempelajari, memahami, dan memanfaatkan AI secara optimal sebagai alat bantu dalam menghadapi tantangan kehidupan modern.
REFERENSI
Aryaguna, Ardi. "Otomatisasi AI Ancam 50% Pekerjaan Manusia di Tahun 2030 Mendatang." Teknologi.id, 25 Aug. 2023,
Manyika, James, dkk. Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation (Executive Summary). McKinsey Global Institute, 6 Desember 2017.
PricewaterhouseCoopers. "PwC's Global Artificial Intelligence Study: Sizing the Prize." PwC, 2017.
Malik, Z. (2025, January 6). Sage reveals five bold predictions for the future of accounting by 2030. International Accounting.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI