Mohon tunggu...
Yogi Suwarno
Yogi Suwarno Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A random Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kecanduan Membuat Email

4 Februari 2015   09:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14229910691354637530

[caption id="attachment_349246" align="aligncenter" width="275" caption="Ilustrasi, sumber foto www.alvinhy.com"][/caption]

Siapa sih yang tidak suka memiliki alamat email yang sesuai dengan keinginan kita, misalnya nama sendiri atau yang agak unik. Beberapa email yang berbasis web dan gratisan seperti yahoo, gmail atau outlook sebenarnya memudahkan kita untuk ‘berebut’ nama-nama alamat email tersebut. Sayangnya memang first come first serve. Katakanlah nama anda superman (hanya contoh). Hari gini sudah dipastikan akan sulit mendapatkan alamat superman@yahoo.com atau gmail atau outlook dsb. Satu-satunya cara ialah dengan menambah huruf atau angka, dan sudah barang tentu tentu tidak elok dipandang.

Membuat email yang sesuai dengan keinginan merupakan kepuasan sendiri. Bahkan dalam taraf tertentu menjadi sebuah bentuk kecanduan alias adiktif. Bahkan sifat candu ini menular pada waktu mambuat akun blog dan akun ID di social media. Kalau anda merasa termasuk yang kecanduan dalam membuat alamat email, maka anda bukan satu-satunya orang aneh di dunia ini.

Sejak pertama mengenal email, saya sudah mempunyai lebih dari 15 email dengan kombinasi nama sendiri maupun nama-nama unik. Dari sekian email yang dibuat, saat ini tinggal akun yahoo, hotmail, dan icloud yang masih aktif. Itupun dipertahankan karena keunikannya menggunakan nama yang unik dan seragam (tanpa angka atau underscore). Satu lagi alamat email yang (terpaksa) aktif, adalah email kantor, yang tentunya tidak sedap dibaca apalagi dipandang.

Terakhir, yippie, saya berhasil membuat akun protonmail dengan nama yang sama. Protonmail ini agak berbeda, karena servernya tidak ditanam di Amrik seperti kebanyakan web-based email, melainkan di Swiss. Keuntungannya, katanya, email kita tidak bisa disadap intelijen Amrik (siapa pula yang mau menyadap kita, hehehe). Hanya saja membuat protonmail ini agak sedikit berbelit. Selain karena harus waitinglist, juga storage plan yang diberikan tidak lebih dari 500MB. Sangat jauh bila dibandingkan dengan yahoo dan sejenisnya.

Manajemen Email

Lalu bagaimana mengurusi alamat email yang segitu banyak? Mengobati kecanduan membuat email tentu butuh proses, waktu dan tentunya uang. Apalagi sifatnya lebih kepada penyadaran diri dan manajemen emosi. Tapi cara paling gampangnya adalah dengan mengatur setting agar seluruh email terpusat dan di forward ke satu email utama. Dan itulah yang saya lakukan. Termasuk email resmi kantor pun pada akhirnya saya forward ke Hotmail saya, sebagai email jangkar.

Keuntungannya:


  1. Kita hanya perlu membuka dan memeriksa satu akun email saja, dan bisa memantau seluruh email yang masuk.
  2. Kita tidak perlu mengupdate info alamat email kita kepada teman, saudara, handai taulan dan kolega bisnis.
  3. Kita pun bisa membalas email-email tersebut atasnama email yang kita inginkan

Kerugiannya, praktis tidak ada selain anda harus tetap membayar langganan internet bulanan anda, toh email anda sudah gratis tis tis.

Sekedar saran untuk mendapatkan email yang mendekati kecocokan, coba buat di outlook (dulu hotmail) yang belum terlalu sesak seperti yahoo dan gmail. Atau protonmail bisa juga menjadi alternatif, selain karena tingkat keamanan yang tinggi, juga ketersediaan alamat masih sangat banyak.

Akhirnya selamat berburu dan mengkoleksi alamat email :)

Semakin banyak dan identik seperti saya, semakin baik lagi :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun