Tulisan singkat ini diberi judul: Kondektur Bus (yang Semena-Mena)
Aku bisa sampai di sub terminal Jombor Jogja diantar Mas Yoyok(Daya Triharja); hari Senin 03 Oktber 2011. Langsung ambil bus Sumber Waras. Ini adalah bus yg sedang menunggu penumpang di sub terminal ini. Sekitar jam 11 bus berangkat menuju Semarang. Di atas bus, ketika ada pembayaran pak kondektur meminta tarif dan aku bilang bahwa aku turun di Ambarawa dan menyodori uang Rp. 50.000. Saat itu aku tahu bahwa tarifnya adalah Rp. 15.000 ribu karena aku turun di Ambarawa. Karena uang kembali belum ada, aku dijanjikan mendapat uang kembali nanti kalau sudah ada. Maka di karcis yang aku terima ditulisi angka 50.000.
Ketika tiba di terminal Muntilan, ternyata semua penumpang dioper ke bus Tri Sakti. Begitu turun dari bus kepada pak kondektur aku minta uang kembali karena aku belum menerima uang kembaliannya.
"Mas, susuke endi?" (Mas mana uang kembalinya?)
“Mengko njaluk kono,” (nanti silakan minta pada awak bus Tri Sakti) sahut kondektur sambil menujuk ke arah bus Tri Sakti. Perintah itu aku ikuti tanpa ada kekhawatiran apa pun. Nanti toh uang kembalian pasti diberikan.
Dari terminal Muntilan bus Tri Sakti segera berangkat. Sebelum jam2 siang, bus sudah sampai kota Ambara. Sesaat sebelum turun, di dekat kernet dan pak sopir aku menanyakan uang kembali, sambil menujukkan karcis yang kudapat dari PO Sumber Waras.
“Mas susuke njaluk kondektur Sumber Wawas. Biasane ngono”. (Mas uang kembali mestinya minta pada bus tadi / Sumber Waras. Yang biasa terjadi begitu)
“Aku mau wis njaluk susuk, ning diwangsuli: Susuke njaluk kono,” (sambil pak kondektur menunjukbus Tri Sakti) aku menirukan perintah kondektur Sumber Waras.
“Ora bisa. Aku mau diwenehi dhuwit mung pas.”(Tidak bisa. Uang yang diberikan awak Sumber Waras padaku pas untuk biaya oper saja)
“Kondekture sapa ta Mas?”(Mendengar pertanyaan tersebut dalam hati spontan aku hendak mengumpat mereka ini. Sebab kepadaku dilontarkan pertanyaan yang hampir pasti tidak bisa kujawab. Aku tidak sempat bertanya nama kondektur dan nomer polisi bus Sumber Waras yang membawaku dari Yogyakarta sampai kota Muntilan. Tidak sempat bertanya ini dan itu.
Akan tetapi niat mengumpat aku urungkan, sebab karena kalau benar bahwa uang kelebihan / kembalian tidak diserahkan oleh awak bus Sumber Waras, berarti awak bus Tri Sakti tidak bersalah. Lebih dari itu, agaknya mustahil rasanya aku bisa mendapatkan uang kembalian). Waktu itu aku mulai sadar bahwa aku telah menjadi korban penipuan. Aku mendapat perlakuan sewenang-wenang oleh awak bus. Siapapun merekatelah memberi perlakuan amat tidak adil. Merampas uangku, dan memaksaku membayar lima puluh ribu rupiah untuk pelayanan perjalanan dari Yogyakarta ke Ambarawa. Maka selanjutnya aku bilang pada mereka (kernet dan sipor bus Tri Sakti)
Sadar pula aku bahwa di atas kendaraan itu aku dalam posisi lemah dan tak berdaya. Tidak ada orang yang mampu membantu aku. Sejurus kemudian aku berkata kepada awak Tri Sakti.
“Mas, aku ora butuh dhuwit susuk. Kowe tak-kandhani: kancamu anggone golek dhuwit carane rusuh.” (Mas, aku tidak mengharapkan uang kembalian. Aku mau kasih tahu bahwa teman kamu mencarikeuntungan dengan cara jahat).
Setelah itu aku turun bus dengan hati dongkol.
-0 o 0 o-
Dari pengalaman itu hikmah yang dapat dipetik:
- Jadiharuslah Anda waspada dengan trik para kondektur dan awak bus umum lainnya. Mereka memang seolah membantu warga yang mau bepergian. Seolah-olah melayani. Tetapi bilamana warga masyarakat atau penumpang nampak mudah dikelabuhi, penumpang seperti saya akan “dimakan”setelah dimasukkan ke dalam perangkap. Awak bus itu semacam singa lapar (uang); siap meremukkan tulang-tulang mangsanya.
- Para penumpang dari Yogyakarta ke arah Semarang, kalau terpaksaharus naik Sumber Waras atau Tri Sakti, bersiaplah untuk dioper di Terminal Muntilan;dan siapkan uang pas. Meminta uang kembali akan memposisikan penumpang seperti pengemis, harus meng-iba meminta uang kambali; kendatipun itu adalah hak penumpang sepenuhnya.
- Siapapun Anda, penumpang(bus) di bumi Indonesia selalu menjadi pihak yang lemah. Mungkin akan menjadi sedikit lebih kuat kalau kita bergandeng tangan dan saling membantu. MakaWASPADALAH, di jalan raya Indonesia ada banyak bentuk kejahatan.
- Di PO Sumber Waras bercokol orang tidak WARAS.Sebaiknya ganti Sumber (Wong) Ora Waras.
Aku bukan mau menebar kebencian, tetapi mengajak warga masyarakatWASPADA;dan ingatlah pada peristiwa PENINDASAN yang telah aku alami; jangan sampai Anda menjadi korban tindak lalim dan ke-kejam-andi jalan rayaIndonesia.
Wahai para penumpang, khususnyaYogyakarta – Semarang, berhati-hatilah. Awak bus POSumber Waras (dan mungkin juga Tri Sakti) siap memangsaAnda. Awak bus sepertinyatelahmenjadiserigalajalanan berbulu domba.
Ini peringatan bagi para awak bus: Meremehkan hak penumpang apalagi memeras penumpang adalah tindakan “bunuh diri”; penumpang bus akan makin sepi. Cepat atau lambat warga masyarakat akan menilai mana (awak) busyang baik atau bonafide dan mana yang buruk pelayanannya. Bus yang memberi kenyamanan bagi penumpang adalah yang akan dipilih.
-0o0-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H