Meskipun demikian, perlunya evaluasi menyeluruh terhadap dampak positif dan negatif dari strategi ini menjadi penting. Salah satu dampak positifnya adalah peningkatan aksesibilitas politik, di mana pemilih dapat lebih mudah terlibat dan memahami pandangan calon presiden dan wakil presiden melalui platform yang mereka gunakan sehari-hari. Ini juga dapat merangsang partisipasi politik, khususnya di kalangan generasi muda yang mungkin kurang tertarik pada metode kampanye konvensional.
Namun, di sisi lain, ada beberapa potensi dampak negatif yang perlu diperhatikan. Pertama-tama, risiko terjadinya polarisasi dan pembentukan filter bubble di platform TikTok. Meskipun platform ini menawarkan keterlibatan langsung, ada kemungkinan bahwa pesan yang disampaikan hanya akan mencapai pendukung potensial dan kurang efektif dalam menjangkau kelompok pemilih yang berbeda. Hal ini dapat memperdalam pemecahan sosial dan kesenjangan pandangan di masyarakat.
Selain itu, risiko penyebaran informasi palsu atau manipulatif perlu diwaspadai. Dengan konten yang sangat terfokus pada aspek visual dan pendek, ada risiko bahwa pesan kampanye dapat menjadi kurang substansial dan lebih bersifat hiburan daripada penyampaian rencana kebijakan yang konkret. Oleh karena itu, integritas informasi harus menjadi prioritas utama dalam strategi kampanye menggunakan media sosial, termasuk TikTok.
Keberhasilan kampanye tetap tergantung pada beberapa elemen kunci, terlepas dari platform yang digunakan. Pertama-tama, substansi pesan politik harus menjadi fokus utama. Calon presiden dan wakil presiden harus menyampaikan visi dan rencana kebijakan yang jelas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Tidak hanya menciptakan citra positif, tetapi juga memberikan pemahaman yang konkret mengenai langkah-langkah yang akan diambil untuk memecahkan masalah yang dihadapi negara.
Inklusivitas dalam komunikasi politik menjadi penting. Dalam upaya menjangkau berbagai kelompok pemilih, calon presiden dan wakil presiden harus memastikan bahwa pesan mereka dapat diterima dan dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat. Hal ini membutuhkan adaptasi strategi komunikasi agar dapat merangkul keberagaman pendapat dan kepentingan.
Terakhir, integritas informasi menjadi fondasi penting dalam kampanye politik. Pemilih harus dapat mempercayai informasi yang disampaikan oleh calon presiden dan wakil presiden, terlepas dari platform yang digunakan. Oleh karena itu, transparansi, akurasi, dan kredibilitas informasi harus dijaga dengan ketat.
Pada akhirnya penggunaan TikTok oleh Capres dan cawapres  menunjukkan adaptasi yang cermat terhadap perubahan dinamika politik dan perilaku pemilih, evaluasi terus-menerus perlu dilakukan. Hanya dengan memahami secara mendalam dampak positif dan negatif dari strategi ini, calon presiden dan wakil presiden dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya berpartisipasi dalam inovasi politik, tetapi juga memberikan kontribusi yang positif terhadap proses demokrasi.
Bacaan terkait :Â
Castells, M. (2009). "Communication Power." Oxford University Press
Tufekci, Z. (2017). "Twitter and Tear Gas: The Power and Fragility of Networked Protest." Yale University Press.
- Sunstein, C. R. (2017). "#Republic: Divided Democracy in the Age of Social Media." Princeton University Press.
Chadwick, A. (2013). "The Hybrid Media System: Politics and Power." Oxford University Press.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!