DI TENGAH maraknya gempuran film superhero-superhero luar seperti Superman, Batman, Iron Man, Avengers, Samurai X dan masih banyak antrian yang lainnya, kisah superhero lokal seperti masih dapat dihitung dengan jari. Sebut saja film Sang Kiai, Merah Putih, Pendekar Tongkat Emas, dan yang teranyar film guru bangsa, Tjokroaminoto. Nampaknya masih kalah jauh dengan jumlah pahlawan nasional yang fotonya biasa dipajang di kelas sekolah, misalnya Supriyadi pemuda PETA (Pembela Tanah Air) yang memberontak di Blitar, memiliki materi kisah yang menarik, Cut Nyak Dien, Dipenogoro, Pattimura dan masih banyak yang lain. Superhero di sini bukan hanya sakti, kebal peluru, punya ilmu kanuragan, bisa terbang, dan lain-lain termasuk pejuang dan tokoh nasional yang memiliki kharisma untuk menggerakkan revolusi.
Juga superhero pada masa Majapahit seperti Gajah Mada, Hayam Wuruk, Ken Arok, layak untuk diangkat menjadi film. Dan tokoh-tokoh pewayangan seperti Gatotkaca, Bima, Arjuna, Srikandi, dan lain-lain. Justru film-film Indonesia berkibar pada tahun 1900-an, seperti Si Buta dari Gua Hantu, Pendekar Bambu Kuning, Panji Tengkorak, Si Pitung, Sakerah, dan film-film silat yang diangkat dari komik-komik silat dan superhero jadul yang banyak jumlahnya.
Berikut film-film superhero Indonesia termasuk film silat dan perjuangan,
1.Si Pitung (1931)
2.Si Buta dari Gua Hantu (1970)
3.Panji Tengkorak (1971)
4.Pendekar Bambu Kuning (1971)
5.Janur Kuning (1979)
6.Serangan Fajar (1981)
7.Gundala Putera Petir (1981)
8.Sakerah (1982)
9.Naga Bonar (1987)
10.Mandala (1987)
11.Tjoet Nja' Dhien (1988)
12.Saur Sepuh (1988)
13.Wiro Sableng (1988)
14.Soerabaja 1945 (1990)
15.Jaka Sembung (1990)
16.Tutur Tinular (1997)
17.Merantau (2009)
18.Merah Putih (2009)
19.Sang Kiai (2013)
20.Pendekar Tongkat Emas (2014)
21.Tjokroaminoto (2015)
22.Jenderal Soedirman (2015)
Dapat dilihat dari daftar film di atas bahwa perkembangan film Indonesia makin menurun. Sampai pada tahun 2000-an hanya dapat dihitung dengan jari. Walau begitu, munculnya satu atau dua film superhero Indonesia sudah menjadi angin segar di tengah serbuan film superhero asing. Yang terbaru film tentang jenderal Sudirman dijadwalkan rilis pada Agustus 2015 saat HUT ke 70 kemerdekaan Indonesia.
Begitu pula dengan literatur baik berupa buku novel dan komik tentang superhero lokal makin menurun. Ada kabar bahwa Gundala Putera Petir akan dibuat film kembali. Meski begitu geliat komik dan novel superhero Indonesia sudah makin membaik. Apalagi novel-novel superhero masih didominasi tokoh wayang seperti Gatotkaca, Bima, Arjuna, dan dari sejarah nusantara seperti Gajah Mada, Ken Arok, Ken Dedes, dan lain-lain. Termasuk superhero yang telah dimodifikasi dari kisah Mahabarata seperti manga Garudayana, dan yang lebih modern seperti komik Caroq, komik Aryageni, komik Volt, komik Gunturgen, dan novel Garda Kesatria Cassiopeia. Juga superhero yang bertema fantasi seperti novel Garuda Riders. Dan superhero rasa lokal yang terpengaruh luar seperti Gundala, Godam, Labah-labah Merah, Panji Manusia Millenium, Saras, dan lain-lain.
[caption id="attachment_410660" align="aligncenter" width="300" caption="Tokoh Garda dalam novel Garda merupakan Gatotkaca versi modern yang terpengaruh superhero luar (Gambar ilustrasi oleh penulis)"][/caption]
[caption id="attachment_410661" align="aligncenter" width="300" caption="Tokoh Garda dalam novel Garda yang terpengaruh gaya manga dan anime (Gambar ilustrasi oleh penulis)"]
Dari sekian banyak novel dan komik superhero itu hanya sedikit lagi yang diangkat menjadi film apalagi sinetron yang kebanyakan jiplak. Dari jumlah judul film ditambah sinetro seperti Saras, Deru Debu, Panji, masih belum menyaingi film apalagi serial TV superhero asing terutama dari Amerika dan perusahan besar seperti Disney plus animasi 2D dan 3D-nya. Apalagi manga dan anime dari Jepang seperti Naruto, Gundam, Samurai X dan yang diangkat dari game seperti Final Fantasy, yang membanjiri Indonesia. Walau masih ada karya animasi lokal seperti Battle of Surabaya, baik 2D maupun 3D baik film pendek atau serial TV yang masih dapat dihitung dengan jari.
[caption id="attachment_410658" align="aligncenter" width="300" caption="Novel-novel perjuangan kemerdekaan yang terbit tahun 1983 ceritanya layak diangkat ke layar lebar (foto koleksi pribadi)"]
Bukankah lebih baik bekerja sama dengan penulis yang sudah berpengalaman agar lebih menghasilkan karya yang orisinil. Jika tidak, maka akibatnya terjadi pada film Garuda yang dari segi cerita dan tokoh lemah bahkan meniru Batman. Maka dari itu perlu kerja sama karena tiap kreator memiliki keahlian masing-masing. Maka sineas film patut menggaet kreator komik dan novel untuk diangkat menjadi film, karena cerita dan tokohnya sudah matang. Apalagi film yang diangkat dari novel atau komik memiliki kekuatan lebih besar pada segi cerita dan penokohannya. Seperti saya yang telah mendalami kisah perjuangan para Kiai dan peran pesantren dalam usaha merebut kemerdekaan, sepeti novel Kesatria Kuda Putih yang akan terbit Mei 2015 di penerbit Tiga Serangkai. Penerbit buku-buku sejarah yang novel bertema sejarah sudah terbit tahun 1983 saya baca saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
[caption id="attachment_410656" align="aligncenter" width="407" caption="Novel Sejarah Kesatria Kuda Putih yang akan terbit di Tiga Serangkai bulan Mei 2015 mendatang menceritakan seting sejarah pada tahun 1947 saat Agresi Militer Belanda pertama (foto koleksi pribadi dan lukisan seniman Belanda)"]
[caption id="attachment_410659" align="aligncenter" width="439" caption="Pendaratan pasukan Belanda pada Agresi Militer pertama secara besar-besaran di pantai Pasir Putih di Situbondo pada tahun 1947. Beritanya dalam arsip Belanda. (Foto Afdeling Maritiem Historie)"]
Novel tentang kisah perjuangan para Kiai masih belum banyak disorot dalam sejarah, untungnya dalam film Sang Kiai peran pesantren sudah ditampakkan. Apalagi perlu ada buku putih untuk meluruskan sejarah yang sudah banyak dipelintir mengikuti kepentingan tiap rezim.
Jumlah film superhero Indonesia rata-rata setiap tahun kalah jauh jumlahnya dengan film superhero asing. Berikut invasi terbaru film superhero luar yang masih diangkat dari komik DC dan Marvel akan terus tayang sampai tahun 2020.
2015, 1 Mei – Avengers: Age of Ultron (Marvel), 19 Juni – The Fantastic Four (Marvel), 17 Juli – Ant-Man (Marvel), 7 Agustus - Fantastic Four (Marvel)
2016, 12 Februari – Deadpoll (Marvel), 15 Maret – Batman v Superman: Dawn of Justice (DC), 6 Mei – Captain America 3 (Marvel), 27 Mei – X-Men: Apocalypse (Marvel), 8 Juli –Doctor Strange (Marvel). 5 Agustus – Suicide Squad (DC), 11 November – The Sinister Six (Sony Pictures)
2017, Venom Carnage (Marvel), Untitled Spider-Man Female Character Spin-Off (Marvel), 3 Maret – Wolverine 3 (Marvel), 5 Mei – Black Panther (Marvel Studios), 23 Juni –Justice League (DC), 14 Juli – The Fantastic Four 2 (20th Century Fox), 28 Juli – Guardians of the Galaxy 2 (Marvel), 3 November –Thor 3 (Marvel Studios), 17 November –Sandman (Marvel)
2018, The Amazing Spider-Man 3 (Marvel), 23 Maret – The Flash and Green Lantern team-up movie (DC)
4 Mei –The Avengers 3 (Marvel), 6 Juli – sekuel Ant-Man (Marvel), 13 Juli – Untitled X-Men Movie (20th Century Fox/Marvel), 27 Juli –Wonder Woman (Warner Bros./DC), 2 November –Doctor Strange 2 (Marvel Studios)
2019, 5 April –Man of Steel 2 (DC), 3 Mei –Captain Marvel (Marvel Studios), 14 Juni – Batman Reboot (DC),
2020, 19 Juni –Justice League 2 (DC)
Dari daftar di atas dapat dipastikan tiap tahun jumlah film superhero luar akan menyerbu masuk. Dapat dipastikan generasi muda akan dicekoki dengan superhero luar dan hanya sedikit yang mengenal superhero lokal yang tak kalah hebatnya dan Pahlawan Nasional lebih nyata untuk dijadikan teladan kehidupan sehari-hari daripada sekedar fiksi belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H