Mohon tunggu...
M. Sufi
M. Sufi Mohon Tunggu... Teacher of Kuranic Reading -

Cuman guru ngaji alif...bak...tak... http//laposufi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Daulah Khilafah HTI & Khilafah Ahmadiyah

14 Juni 2013   22:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:00 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu yang lewat kita cukup di kejutkan oleh satu berita dari media Tempo Online yang dirilis Jum’at, 07 Juni 2013 pukul 20:17 itu dengan mengambil judul SIARAN HIZBUT TAHRIR, TVRI DIPANGGIL KPI.  Tentunya ini meninggalkan Tanya penulis.  Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?  Pertanyaan berikutnya, secara teknis apa yang menjadi landasan para pengambil kebijakan di TVRI sehingga mengijinkan penyiaran MUKHTAMAR KHILAFAT HIZBUT TAHRIR.  Langkah sigap KPI sudah tepat dan perlu kita apresiasi dengan baik.  Pasalnya, Ideologi yang di usung oleh Hizbut Tahrir bertolak belakang diametral dengan Prinsip-prinsip Negera Republik Indonesia dan menjadi ancaman laten bagi tegaknya BURUNG GARUDA sebagai lambang pemersatu bangsa. Ironinya TVRI sebagai media Pemerintah citra diri bangsa Indonesia menyiarkan apa yang menjadi ancaman bagi dirinya sendiri.  Hal ini dapat memberi pesan kepada masyarakat bahwa Indonesia sedang menawarkan satu bentuk pemerintahan baru dll.  Prinsipnya ketika apa yang disiarkan akan menjadi senjata makan tuan bagi Bangsa maka menurut saya tidak boleh ada celah kompromi.  Kita akan lihat bagaimana kelanjutan dari kisah ini.  Apa saja yang ditemukan oleh KPI soal kasus penayangan Mukhtamar Khilafat Hizbut Tahrir tersebut.

Terlepas dari masalah tersebut di atas apa dan bagaimana sebenarnya Daulah Khilafah yang diusung Hizbut Tahrir atau HTI ini.  Penulis juga akan menyuguhkan beberapa konsep khilafah yang juga di usung oleh saudara-saudara kita dari Jamaah  Ahmadiyah.

Kita mungkin bertanya apa landasan kedua organisasi Islam itu begitu menganggap urgensi keberadaan Khilafah itu di tengah-tengah ummat.   Apakah hal itu muncul dari kejenuhan masakini dan kerinduan akan daulah khilafah yang pernah jaya sebagaimana yang di kisahkan dalam literature-literatur subjektif Historikal Islam?  Apakah kebutuhan itu terlahir dari rasa frustasi di tengah-tengah kebuntuan para politikus dari aliran mainstream dalam memperjuangkan piyagam Jakarta?  Atau apakah itu lahir dari pesan-pesan Rasulullah SAW? Kita akan melihat bagaimana konsep kedua organisasi ini tawarkan.

Penulis melihat ada dua arus besar pemikiran dalam internal Ummat Islam.  Hal itu sudah ada sebenarnya sejak wafatnya Rasulullah SAW.  Satu kubu memiliki nalar dalam beribadah di wakili oleh Khalifah yang syah dan yang satu lagi lebih kepada pemenuhan artivisial ibadah itu sendiri yang di wakili oleh khawarij.  Dari generasi kedua arus besar tersebut terus mengembangkan diri memperjuangkan Islam dalam konsep yang telah di titiskan oleh kakek nenek moyang mereka hingga 1400 tahun sekarang ini.

Dalam warna modernis sekarang ini semangatnya tetap sama hanya coraknya berbeda.  Tentunya itu di pengaruhi perkembangan zaman yang kian merangkak naik tajam menuju yang katanya lebih beradab.  Pertama adalah golongan ummat arus Neo-Modernisme.  Dimana golongan ini mencoba me-rekontruksi kembali keyakinan yang berdasar pada tekstual untuk di presentasikan pada ranah kontekstual. Dalam kesempatan ini saya mengambil contoh Jamaah Ahmadiyah.   Sedang arus kedua adalah Hizbut Tahrir penulis klasifikasikan masuk pada arus Neo-Konservatisme.  Timbul pertanya, atas dasar apa penulis bisa mengklasifikasikan seperti itu.  Yaa..kalau di ceritakan mungkin panjang, dalam judul lain insyallah penulis akan singgung.  Tetapi yang jelas nanti akan terjawab arus mana yang memenuhi Neo-Modernisme yakni beragama, berda’wah secara humanis dengan da’wah ala Neo-Konservatisme menggunakan cara-cara pembenaran.  Bahkan ketika Neo-Modernisme di rasa menjadi toksin bagi pergerakan  Neo Konservatisme, kelompok Neo-Konservatisme ini tidak segan-segan akan melakukan langkah-langkah persekusi.

Hizbut Tahrir

Kita sudah sama-sama tau bahwah Daulah Khilafah yang di usung oleh Hizbut Tahrir bersimpang jalan dengan cita-cita para the Founding Fathers Bangsa ini.  Dalam paper Zaenal Abidin Ep menyebutkan bahwa Hizbut Tahrir didirikan oleh Sheikh Taqiyyudin Al Nabhani (1909-1979) 1953 di Al Quds, Palestina.  Organisasi ini diakui secara terbuka bahwa bukanlah organisasi sosial keagamaan tetapi sebagai partai politik.  Setelah Syeikh Taqiyudin meninggal kepemimpinannya di gantikan oleh Syeikh Abdul Qadim Zallum.  Pandangan beliau berdua dapat dilihat dalam Thariqah Izzah di terbitkan oleh HT sendiri.  Namun sepeninggal kedua pemimpin tersebut HT di pimpin oleh A Abu Rostah secara Internasional dan pernah menyelenggarakan pertemuan Internasional di Istora Senayan Jakarta.  Dari sinilah muncul Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).  Yang tokohnya banyak bertempat tinggal di Bogor.

Misi HTI terdiri atas tiga hal: Pertama, melanjutkan kehidupan Islam.  Nah, untuk mencapai misi tersebut perlu dibentuk Khilafat Islamiyah.  Kedua, pembentukan Khilafat dengan membentangkan networking yang luas.  Ketiga, pendidikan luas kepada masyarakat supaya dapat berfikir dan bertindak secara Islami.  Dalam misi ketiga ini HTI memerlukan dukungan kekuasaan politik, yang tanpa itu sulit di bayangkan bahwa ajaran Islam dapat di terapkan secara keseluruhan.

Dalam sebuah penelitian Afadhal dkk, 2005, Islam dan Radikalisme di Indonesia, LIPI Press, Jakarta, h.266. menyebutkan bahwa menurut Muhammad Syababi menuturkan HTI sejak awal memang didesain sebagai organisasi politik.  Tetapi, berbeda dengan organisasi politik yang dikenal selama ini, HTI tidak mendaftarkan diri secara formal sebagai parpol yang ikut dalam pemilu karena banyaknya parpol Islam yang justru malah membingungkan.  Entri point nya adalah Daulah Khilafah yang hendak diusung HTI konsepnya adalah membentuk kelompok masa besar untuk mendukung terbentuknya Khilafah, kemudian dengan kekuatan masa diharapkan dapat merebut kekuasaan dan memaksakan satu system Syariatisasi Islam dalam tafsir mereka.

Jamaah Ahmadiyah

Dalam umurnya yang 105 tahun khilafah Ahmadiyah semakin hari semakin memperlihatkan eksistensinya di tengah-tengah hujan cacian, makian dan tuduhan sesat menyesatkan.  Sementara HTI berduka merayakan 89 th runtuhnya Khilafah yang di usungnya, sebaliknya 27 Mei 2013 yang lalu Jamaah Ahmadiyah malah memperingati 105 tahun berdirinya Khilafah Ahmadiyah.  Satu kondisi yang paradoksal.

Visi dan misi Jamaah Ahmadiyah yaitu Yuhyiddiina wa yuqiimusy syaariah (Menghidupkan agama dan menegakkan Syariat).  Jamaah Ahmadiyah masuk dalam kategori Neo-Modernism dikarenakan gerakan da’wahnya yang sangat humanis.  Menghargai perbedaan, mengedepankan dialogis.  Dengan mengadopsi nama sifat Rasulullah Muhammad SAW yaitu AHMAD yang bersifat Jamal (cantik,Indah), berarti lemah lembut, budipekerti baik, akhlaqul karimah ini pula yang di pakai dalam setiap gerak da’wah Jamaah Ahmadiyah.  Mengedepankan apa yang menjadi tauladan agung, akhlak budi pekerti, kesantunan dan keindahan sepak terjang  Rasul Suci Al Musthafa Muhammad SAW.  Jamaah Ahmadiyah yakin hannya dengan membawa sifat Jamal Rasulullah Muhammad SAW saja yang dapat merangkul simpati saudara-saudara di luar non muslim.  Hal ini dapat di capai hanya dengan reinterpretasi kembali pandangan dan wacana keislaman.

Adalah Hz Mirza Ghulam Ahmad pendiri Jamaah Ahmadiyah mendapat  petunjuk dari Tuhan agar membuat suatu Bahtera atau Jamaah.  Karena dari Jamaah inilah kelak akan muncul ke khilafatan yang pernah hilang 1300 th silam.  Jamaah Ahmadiyah yakin dengan berkah ke-khilafatan secara mendunia akan membawa kemajuan Islam secara besar.  Terbukti Jamaah Ahmadiyah sudah hadir dilebih dari 200 Negara yang akan terus menerus menyampaikan dan menjadi icon bagi kebangkitan Islam kedua kalinya melalui Khilafat.  Jamaah Ahmadiyah mengajak saudara-saudara para ikhwan muslimin untuk bersama-sama merapatkan barisan bersama membangun Islam yang rahmatan lil’aalaamiin.

Dari Jamaah Ahmadiyah ini kita dapat belajar arti istiqamah, kesabaran, kebersamaan, keindahan dan perdamaian. Sudahilah semua pertengkaran, fitnah dan tuduhan.  Kembangkanlah da’wah-da’wah yang sehat, proaktif dan dialogis.  Ketika logika teologi kita tak dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan dan manusia, ketika implementasi keyakinan kita mengarah kepada kerusakan materiel dan jiwa orang lain, maka saat itu kita sudah cukup bukti salah jalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun