Mohon tunggu...
M. Sufi
M. Sufi Mohon Tunggu... Teacher of Kuranic Reading -

Cuman guru ngaji alif...bak...tak... http//laposufi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merenungi Dosa dari Semur Jengkol dan Pajak STNK

23 Agustus 2012   19:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:24 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sore itu ketika masih puasa, saya di undang berbuka puasa di salah satu rumah saudara.  Luar biasa, hidangan yang di sajikan, ada es buah, teh manis, aqua (bukan promosi), agar-agar dll.  Beduk Maghrib pun mulai berkumandang di stasiun televisi lokal yang kami nanti.  Mulai satu demi satu makana takjil pembatal puasa santap.  Ada kurma, ada manisan, ada gorengan ada pula kue-kue manis lainnya.  Setelah cukup denga santapan pembuka, mulailah satu persatu mengambil air wdhu bersiap sholat berjamaah Maghrib di laksanakan.

Lepas sholat berjamaah maghrib dan sholat sunnah ba’diyah maghrib dua rekaat, sambil memberesi sajadah kami kembali ke posisi semula untuk persiapan makan  berat.  Subhaanallah, tak tanggung-tanggung menu kali ini, ma’lum saja istri dari tuan rumah seorang berdarah padang jadi menu kulinarnya sangat variatif.  Rendang suatu hal yang wajib, apa lagi jengkol.  Satu piring sudah saya habiskan, karena rasa yang luar biasa, berhasil menggoda nafsu makan ku, akhirnya nambo ciek lai kata orang awak (nambah sekali lagi) tak dapat di hindari.  Namun pada ronde ke dua ini saya tergoda sekali dengan salah satu hidangan yang satu ini yaitu SEMUR JENGKOL.  Saya sendiri tidak hobi makan, makanan yang satu ini, tetapi entah angin apa yang pengaruhi pikiran sehingga menggeraakkn persendian tangan ini untuk mencobanya walau pun dengan agak sedikit malu. “Saya tes satu ya” kata ku sambil tersenyum.  Tiba-tiba dari dalam rungan keluar ibu yang memasak sambil membawa sesuatu.  Katanya: “Satu tau banyak, sama aja p, tetep bau”.  Jawab ku: “wah kalau begitu SEMUR JENGKOL sama dengan orang ngurus pajak STNK, mau sebulan atau setahun terlambat, dendanya sama aja.”  Dan semua yang hadir pun tertawa, tak disangka semua juga ikut nambo..:D .

Terlintas dalam benakku apakah dosa yang sedikit kita perbuat secara komulatif atau pun tidak apakah juga sama saja di pandanga Tuhan, atau perasaan bedosa kita yang menjadikannya tidak berbeda besar atau kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun