Anka kepada bapaknya : ''terlepas dari eksistensi-mu yg insignifikan, alih-alih meletakan harapan keluarga ini padamu, malah kuhujat engkau karena menelantarkan anak-anak dari kewajibanmu sendiri. Bahkan Armisael menyanyikan lagu murka yg isinya deklarasi perang selalu. Aku tidak memandangmu secara definitif atau pula ide-ide sentimentil, hanya saja bisakah engkau meniupkan nafas aroma surga dalam rumah bobrok ini?''
Wanda kepada Anka : "engkau adalah manik-manik yang terlepas dari rangkaian kalung aphrodite, menggelinding keluar dari rotasi semesta, atau seharusnya, engkau adalah anggur, dipetik dengan paksa, hingga membentuk wine yang menipu sadarku"
Armisael's songs : "ilahi, ilahi... you spread the violence onto this world, you pour the lust planting on this soil, and irritate call to arms of the mankind ironically."
Riska kepada angin : "bapak tidak pulang lagi malam ini!"
Anka kepada Mina :"setiap kali jejakku meninggalkan gerbang bangunan ini, adakah kubawa sepenggal momen tentang mata dan bibirmu yang merekah di relung jiwaku?"
Mina kepada Tuhan : "apakah Engkau disana? menyaksikan kami?"
Riska kepada Anka : "kakak, benarkah ibu selalu menyaksikan kita dari surga?"
Wahid kepada Mina : "sedetikpun, pernahkah kau lihat aku berdiri di muka pintu hatimu?"Â
Mina kepada Tuhan : "ambil jiwaku bila Engkau hinakan aku dengan lumuran dosa yang tak dapat ku retas."
Anka kepada Wanda : "tolak cembu-ku wahai perempuan, jalan asmaraku yang tak suci!"
Mina kepada Anka : "warna langit menjadi ungu ketika aku mendekapmu, ular-ular tak mengganggu lelap kita, tubuhmu dan tubuhku, kita berbaring seperti boneka kayu."