Mohon tunggu...
Ranggamos
Ranggamos Mohon Tunggu... Lainnya - ****

believe me, sometimes reality is stranger—and much more frightening—than fiction

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Abang dan Nona

15 Juni 2013   10:56 Diperbarui: 2 November 2022   03:21 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

mendayung sampan jauh sampai ke hulu
simpan belati ke sarung kayu jati
bila nona enggan meyimpan hati dahulu
kelak abang urung kaitkan temali

tarik pedati mengarak gembala sampai matraman
membeli songkok buat bulan Ramadan
si abang rupa-rupanya pulang enggan
lupa nona dan budaya  jadi penjilat metropolitan

tak dapati kencana meyusur jalan sudirman
sembahyang diberi waktu janji diberi ketika
si abang membawa tudung ketinggalan zaman
berurat berumbi pulang tak beri nona mustika

umpat tak membunuh puji tak senangkan
kail sebentuk umpan seumpan tak mempan
nona mengusir asap api ditinggalkan
mengurut dada si abang tinggi sangkutan

Juni, 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun