Mohon tunggu...
Suyadi -
Suyadi - Mohon Tunggu... profesional -

I am the one who wanders to the world of nothing. I am the one who likes to change the world of nothing, by writing, via some kinds of mass media, try to let the world know: even there is nothing can be changed.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setelah Kembali ke Fitri

5 Juli 2017   06:23 Diperbarui: 5 Juli 2017   06:33 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Dr. Suyadi, MA

Ramadhan 1438 H telah berlalu meninggalkan kita semua! Meninggalkan kita dengan segala keberkahan, maghfiroh, dan pengampunan serta cetak biru (blue print) ketakwaan yang melekat pada kehidupan kita di masa-masa setelah ramadhan. Berlalunya ramadhan seiring dengan meningkatkan derajat ketakwaan pada diri kita yang melaksanakan puasa itu sendiri. Melaksanakan atau mengamalkan fadhilah atau manfaat daripada yang terkandung dalam bulan suci, yaitu mengembalikan diri kita pada titik nol daripada berbuat dosa. Baik itu berbuat dosa pada sesama makhluk maupun berbuat dosa pada Allah SWT. Kita kembali ke fitri!

Kata 'fitri' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online memiliki makna sesuatu kondisi yang berhubungan dengan fitrah atau sifat asal, atau yang berhubungan dengan puasa. Kembali ke fitri setelah sebulan penuh melaksanakan puasa ramadhan memiliki arti bahwa manusia yang melaksanakan puasa ramadhan dengan sebenar-benarnya akan mampu menunjukkan jati diri yang fitri, jati diri yang mempunyai sifat asal seperti layaknya seorang bayi yang baru dilahirkan tanpa dosa, lugu, dan menyenangkan bagi siapa pun yang melihatnya. Dia mampu menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Bukan sebaliknya!

Fitrah

Fitrah manusia itu seperti halnya seorang bayi yang baru dilahirkan tanpa dosa. Dalam hal kita kembali ke fitrah maknanya adalah bahwa setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dan ditutup dengan menunaikan zakat, serta shalat idul fitri berarti kita memasuki sebuah fase kehidupan yang baru. Sebuah fase kehidupan yang mempunyai tugas utama untuk memuliakan kehidupannya, memuliakan keluarganya, memuliakan masyarakatnya serta memuliakan bangsanya. Kembali ke fitrah itu hendaknya kita mampu mengembalikan, mempertahankan, serta meningkatkan unsure-unsur kefitrahan itu sendiri yang terdapat dalam diri manusia. Allah SWT memberikan empat (4) unsur fitrah dalam diri manusia yaitu kesucian, kepandaian, kesempurnaan dan kemuliaan.

Unsur kesucian yang terdapat dalam diri manusia yaitu berupa kebersihan dalam berpikir, kemurnian dalam melaksanakan tanggung jawab, serta kejernihan hati dalam melaksanakan kewajibannya sebagai manusia baik terhadap sesame manusia maupun tanggung jawab kepada Allah SWT. Setelah kembali ke fitri manusia hendaknya terus menjaga kesucian ini sepanjang waktu hingga datang kembali ramadhan berikutnya kita tinggal melanjutkan kesucian tadi. Segala ibadah yang dilakukan pada bulan ramadhan berikutnya bukanlah sebuah pengulangan, akan tetapi menjadi kelanjutan daripada ibadah-ibadah dari ramadhan sebelumnya.

Unsur kepandaian yang terdapat dalam diri manusia itu juga merupakan fitrahnya manusia yang diberikan Allah SWT. Kepandaian ini berkembang seiring pertumbuhan manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Kepandaian seseorang tidak bisa berkembang tanpa adanya proses yang dilalui. Proses formal dan informal menjadi faktor yang utama dalam perkembangan kepandaian manusia, akan tetapi pendidikan di rumah tangga menjadi faktor sentral perkembangan kepandaian manusia. Ramadhan menjadi pusat pelatihan kecerdasan manusia islami yang melatih bukan hanya kecerdasan religi akan tetapi juga meningkatkan kecerdasan social. Kecerdasan religi yang mengasah keyakinan (akidah) kepada Allah SWT semakin meningkat, sementara kecerdasan social yang mengasah rasa kasih sayang terhadap sesama manusia untuk saling membantu dan mengasihi.

Unsur kesempurnaan yang terdapat dalam diri manusia itu berupa wujud sempurna yang diberikan Allah SWT yang harus kita jaga kesempurnaannya dari waktu ke waktu. Menjaga kesempurnaan lahiriah dan batiniah itu dengan cara terus menjaga hubungan yang intensif kepada penciptanya (hablumminallah) melalui shalat lima waktu yang serta ibadah-ibadah sunnah lainnya. Memelihari shalat lima yang tepat waktu akan semakin meningkatkan derajat ketakwaan kita kepada Allah SWt. Sebab bila kita lalai menjaga hubungan ini maka akan dengan mudah kita menjerumuskan diri kita sendiri ke dalam lembah ketidaksempurnaan menjadi wujud kebinatangan yang hidup liar tanpa aturan. Hubungan antar sesame manusia juga menjadi tolok ukur kesempurnaan manusia bagi manusia lainnya. Semakin baik hubungan kita kepada manusia lainnya akan meningkatkan derajat kemanusiaan kita sendiri dihadapan manusia lainnya. Begitu pun sebaliknya, semakin hilang rasa kemanusiaan kita kepada manusia lain akan menjauhkan diri kita dari nilai-nilai kemanusiaan dan membawa kita kepada suatu kehidupan yang egoism, menyendiri, tak mau peduli, acuh tak acuh, selalu curiga yang cenderung bukan nilai-nilai kemanusian yang islami.

Unsur kemuliaan yang terdapat dalam diri manusia itu tercermin dari rasa ingin dihargai, ingin dihormati, ingin masuk surganya Allah SWT. Itulah unsure kemuliaan yang sangat diyakini semua manusia mempunyai keinginan seperti ini. Jika kita ingin dihargai orang lain syaratnya adalah kita harus menghargai orang lain. Jika kita ingin dihormati maka kita juga harus menghormati orang lain. Dan jika ingin masuk ke dalam surganya Allah SWT maka manusia harus mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala apa-apa yang dilarangNya, serta mentaati perintah Nabi Muhammad SAW dengan sebenar-benarnya! Dengan demikian setelah kita kembali ke fitri kita mampu meneruskan segala nilai-nilai fitrahnya manusia dan menuju sebuah tatanan kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Semoga kita semua mampu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun