Mohon tunggu...
Suyadi -
Suyadi - Mohon Tunggu... profesional -

I am the one who wanders to the world of nothing. I am the one who likes to change the world of nothing, by writing, via some kinds of mass media, try to let the world know: even there is nothing can be changed.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmah Nuzul Qur’an

12 Agustus 2011   02:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hikmah Nuzul Qur’an

Nuzulul Qur’an yang memiliki arti secara harfiah adalah turunnya Al Qur’an, kitab suci umat Islam merupakan istilah yang merujuk kepada peristiwa penting turunnya wahyu Allah SWT pertama yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir yakni Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Dengan perantara Malaikat Jibril wahyu pertama itu disampaikan kepada Muhammad SAW (Wikipedia).

Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5 yang bila diterjemahkan menjadi : 1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Belajar

Surat Al Alaq diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, beliau diminta untuk membaca ayat demi ayat akan tetapi beliau menyadari bahwa beliau tidak mempunyai ilmu untuk membaca, akhirnya dibimbinglah beliau melafadzkan ayat demi ayat tersebut. “Bacalah”, merupakan perintah pertama dari Tuhan kepada manusia yang diwakili oleh Muhammad yang saat itu belum bisa membaca, menjadi permulaan perjalanan manusia dalam peradaban manusia menuju sebuah dunia yang saat ini kita alami, sebuah dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi super canggih.

Belajar tanpa mengenal usia, belajar seumur hidup. Suatu proses dari ketidaktahuan / hajiliyah menuju suatu kehidupan yang penuh ilmu pengetahuan dan tuntunan hidup yang terarah.

Adapun mengenai waktu atau tanggal tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar). Sebagian lainnya menyakini terjadi pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27. Dan menurut riwayat Abu Hurairah, dan lainnya peristiwa turunnya ayat pertama itu adalah pada bulan Ramadhan pada tanggal 17.

Umat Islam di Indonesia sebagian menyakini bahwa turunnya Al Qur’an itu pada tanggal 17 Ramadhan seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. Dan tujuhbelas Ramadhan itupun bertepatan dengan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945. Sejak proklamasi kemerdekaan itulah bangsa Indonesia pun terus belajar, belajar dan terus belajar mengusahakan kemajuan, keadilan, kesejahteraan yang merata untuk semua rakyat Indonesia.

Kemerdekaan yang ‘sengaja’ di proklamasikan oleh founding fathers kita diselaraskan dengan hari turunnya kitab suci sebagian rakyat Indonesia agar ia memiliki makna lahiriah dan batiniah bagi segenap bangsa kita. Kemerdekaan lahiriah dan kemerdekaan batiniah rakyat Indonesia menjadi grand design para founding fathers kita, betapa mulianya cita-cita tersebut. Namun, ketika dalam perjalanannya cita-cita itu belum tercapai tentulah ia akan menjadi tanggungjawab rakyat Indonesia, khususnya para generasi penerus bangsa ini. Sebuah tanggungjawab yang sangat berat untuk dapat diwujudkan terlebih lagi ketika kehidupan telah disesaki oleh orang-orang yang bermental korup.

Mentalitas yang menjauhkan diri dari makna ‘tujuhbelas’ yang seharusnya selalu mengiringi setiap langkah dan detak jantung rakyat kita khususnya yang beragama Islam. Sebab angka tujuhbelas itu mempunyai makna yang religious. Tujuhbelas rakaat yang menjadi kewajiban bagi umat Islam dalam sehari semalam untuk bersujud kepada Allah SWT, patuh dan tunduk kepada-Nya untuk selalu menjalankan perintah-Nya. Memohon kepada-Nya sebanyak tujuhbelas kali seperti yang terkandung dalam Surat Al Fatihah agar kita selalu diberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang telah diberi rahmat bukan sebaliknya jalan orang-orang yang sesat dan dimurkai-Nya. Bermohon kita setiap harinya minimal tujuhbelas kali sehari, plus shalat-shalat sunnat lainnya.

Siapa saja orang-orang yang sesat dan dimurkai Allah itu? Tentulah sudah sama-sama kita ketahui, yaitu; mereka yang bermental korup. Mengkorupsi perintah dan larangan Allah SWT, shalat wajib yang seharusnya dilaksanakan lima kali sehari menjadi sekali sehari atau bahkan dilupakan sama sekali (terutama ketika Ramadhan berlalu). Mereka yang mengkorupsi haknya fakir miskin, mereka yang suka mengkorupsi dana-dana umat, mereka yang suka mengkorupsi uang Negara untuk kepentingan sendiri dan golongannya tanpa mau peduli terhadap rakyat yang masih hidup dalam kemiskinan dan kebodohan. Mereka yang mempertuhankan duniawi, mengagungkan rupiah, memuja jabatan dan menihilkan kemanusiaan. Mereka yang gemar melanggar larangan-Nya. Itulah sekelompok orang-orang yang sesat dan dimurkai Allah SWT, kita bermohon agar dihindari dari semuanya itu, ia menjadi makna dari Surat Al Fatihah, sarinya shalat lima waktu dan ibunya dari Al Qur’an.

Dan siapa saja orang-orang yang dicintai Allah SWT? Tentulah orang-orang yang tidak disebutkan dalam paragraph diatas, ia kebalikannya.

Tujuhbelas Agustus

Tujuhbelas Agustus, angka yang sama dengan tujuhbelas Ramadhan (Nuzul Qur’an) waktu yang bersamaan datangnya persis ketika Proklamasi Indonesia dikumandangkan ke seluruh dunia oleh Soekarno dan Hatta pun menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia (17 Ramadhan 1366 H/17 Agustus 1945). Saat ini 17 Ramadhan 1432 H/ 17 Agustus 2011.

Pelajaran bagaimana agar kehidupan rakyat Indonesia sejahtera, adil dan makmur seperti yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Lewat tulisan ini penulis ingin mengajak segenap warga bangsa untuk kembali ke jati diri bangsa yang selalu mawas diri dengan angka tujuhbelas dalam kehidupan sehari-hari sebab dari sanalah awal bangsa ini memulai perjalanan panjanganya. Kelahiran yang direncanakan oleh pendiri bangsa kita agar ia menyatu dalam nafas dan detak jantung rakyat dan mengaliri setiap nadi-nadi kehidupan bangsa ini serta menjadi sumber kehidupan bangsa kita semua. Suatu kehidupan yang sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Dirgahayu Indonesiaku. Semoga kesejahteraan bisa menjadi milik bersama di negeri tercinta ini.

Suyadi: Alumnus English Literature, University of Pune India

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun