Mohon tunggu...
Dion Arisa
Dion Arisa Mohon Tunggu... Lainnya - Indonesia

Saya suka rebahan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Kosong

10 Oktober 2020   15:29 Diperbarui: 10 Oktober 2020   15:35 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak mempunyai esensi. Diriku kopong melompong. Tidak ada ide, nilai, tujuan, target, dan harapan. Aku tidak bisa membuat apa-apa selain mengosongkan diriku yang memang kosong. Pikiranku tidak jernih dan fokus. Aku tenggelam dalam lautan yang penuh relativisme nilai. Aku tidak punya kuasa atas diriku. Hanya hasrat yang dapat menggendalikan diriku yang nihil ini. Aku tidak bisa melihat apa yang ada dibalik sesuatu, ya karena memang tidak ada apapun dibalik sesuatu. Aku tersesat. Tidak bisa menentukan arah angin. Tidak bisa berjalan. Diriku dipenuhi ketidakpastian dan tidak ada petunjuk. Hanya beberapa hal yang bisa kujelajahi dengan instrumen diriku, seperti melihat cahaya dari lampu belajar, angin dari kipas angin, rasa makanan junk food, suara kendaraan yang berlalu lalang, dan suara pulpen di atas kertas putih bergaris-garis beserta ketikan di laptop ini. Aku sendiri tidak bisa melihat, merasa, dan mendengar tentang diriku. Apa yang menjadikan aku sebagai diriku? Banyak distraksi yang mengangguku untuk berproses menjadi. Bermimpi, berhalusinasi, dan berimajinasi menjadi wadahku dalam mengubah masa laluku yang pelik. Apakah aku menyesal dengan diriku yang nihil ini? Tidak, aku tidak menyesal. Aku justru bangga menyadari bahwa segala sesuatunya itu nihil. Turut berduka untuk mereka yang menghindari dan tidak merasakan kebenaran yang menggelisahkan itu. Masih banyak yang belum menyadari hal tersebut. Namun pada suatu hari nanti, ketika sesuatu yang mereka lakukan menjadi ironi, mereka pasti cepat atau lambat akan sadar dengan kenihilan segalanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun