Mohon tunggu...
Asril Novian Alifi
Asril Novian Alifi Mohon Tunggu... Penulis - Writer | Learning Designer | Education Consultant

Writer | Learning Designer | Education Consultant https://linktr.ee/asrilnoa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Buku yang Akan Membuat Anda Berpikir Ulang untuk Melanjutkan Sekolah

28 Januari 2019   09:19 Diperbarui: 28 Januari 2019   09:29 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi banyak orang, sekolah adalah tempat yang sangat membosankan. Sebagian memilih bertahan, lantaran takut hidup tanpa ijasah. Sedangkan yang lain memilih untuk tak peduli, dan memilih untuk keluar karena tak lagi menganggap sekolah adalah sesuatu yang penting lagi.

Di sekitar kita mungkin bisa kita temui kedua pihak tersebut, baik yang bertahan maupun yang memutuskan untuk keluar. Keduanya tentu sering melontarkan kritik kepada sekolah-sekolah yang membosankan tersebut dengan berbagai cara. 

Mungkin  lima buku ini adalah bentuk kritik yang tajam kepada sekolah yang bisa mewakili pemikiran dan perasaan  kita semua terhadap praktik pendidikan di sekolah yang sudah "gak banget". Mungkin juga setelah membaca lima buku ini, Anda yang sedang menjalani studi akan berpikir ulang untuk melanjutkannya. Hehehe...

5. Sekolah Itu Candu

Judul : Sekolah itu Candu, Penulis : Roem Topatimasang, Penerbit : Insist Press (Sumber gambar : Kolpri)
Judul : Sekolah itu Candu, Penulis : Roem Topatimasang, Penerbit : Insist Press (Sumber gambar : Kolpri)

Buku ini berisi kumpulan esai dari Roem Topatimasang, seorang aktivis yang banyak melakukan pergerakan dan pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang pendidikan. Buku ini dibuka dengan esai pertama yang sangat menarik berjudul "Sekolah : dari Athena ke Cuernavaca." Di esai itu Roem memaparkan asal-usul sekolah pada masa Yunani Kuno yang pada awalnya hanyalah sebuah kegiatan mengisi waktu luang.

kata sekolah yang berasal dari skhole, scola, scolae, atau schola (Latin), memang memiliki arti harfiah 'waktu luang' atau 'waktu senggang'. Orang tua saat itu memiliki kebiasaan untuk menyerahkan anak-anaknya kepada seseorang yang dianggap pandai. Maka sejak itulah sekolah beralih fungsi sebagai scola in loco parentis (lembaga pengasuhan anak pada waktu senggang di luar rumah, sebagai pengganti ayah ibu). Hingga pada akhirnya sekolah berkembang menjadi sistem pendidikan dan melahirkan berbagai teori pendidikan sampai seperti sekarang ini.

Di esainya yang di bagian belakang buku ini, Roem melontarkan kritikan bahwa sekolah saat ini sudah tidak lagi bertindak seperti fungsi awalnya. Di esainya yang ke 13 yang berjudul Sekolah Sudah Mati, ia menjelaskan bahwa saat ini sekolah sudah tidak lagi menjalankan perannya sebagai --apa yang disebutkan oleh pakar Penddidikan, Benjamin S. Bloom---lembaga pendidikan yang membentuk watak dan sikap (affective domain), mengembangkan pengetahuan (cognitive domain), dan melatihkan keterampilan (psychomotoric atau conative domain). Di akhir esainya tersebut, Roem menyampaikan bahwa sekolah sudah menjadi sesuatu yang absurd di dunia modern yang juga absurd seperti ini

4. Lebih Baik Tidak Sekolah

Judul : Lebih Baik Tidak Sekolah, Penulis : Sujono Samba, Penerbit : LKiS (Sumber gambar : Kolpri)
Judul : Lebih Baik Tidak Sekolah, Penulis : Sujono Samba, Penerbit : LKiS (Sumber gambar : Kolpri)

Meski tampilannya mungil dan tipis, namun isi dari buku yang ditulis oleh guru yang nyambi sebagai musisi dan pencipta lagu dangdut ini sungguh sangat berbobot. Di bagian-bagian awal buku ia menyampaikan sederet prestasi buruk dunia pendidikan negeri ini mulai dari Human Development Index (HDI) yang terus menurun, prestasi siswa yang rendah, kualitas guru yang memprihatinkan, sampai menumpuknya jumlah pengangguran terpelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun