Awal tahun, gas meledak, harganya. Membuat orang seperti terkaget-kaget, terhunyung-hunyung, seperti Kompasiana panas oleh gas.
Dulu, sebelum pemerintah "menghilangkan" minyak tanah, gas tak begitu populer. Karena subsidi minyak tanah katanya merugikan negara, maka harus dijual mahal dan yang keberatan menggunakan minyak tanah agar beralih ke gas. Gas yang ditawarkan adalah gas 3 Kg. Mulailah gas menjadi populer.
Saya pun termasuk yang bermigrasi ke gas 3 kg, sebab minyak tanah langka, mahal dan kualitasnya buruk, membuat sumbu kompor rusak, hitam, berjelaga.
Sementara gas 3 kg ini relatif lebih murah, juga bersih. Sayangnya, berita-berita menakutkan tersiar di televisi dan koran-koran. Gas ini sering meledak menelan korban. Ngeri juga. Mau pindah ke gas 12 kg, tabungnya mahal. Dan juga diberitakan ada yang disuntik dari gas 3 kg ke tabung 12 kg, sehingga keamanannya tidak terjamin.
Setelah browsing ketemulah saya gas bermerk "Blue Gaz". Tabungnya tak terlalu besar, dan tak terlalu mahal. Dari sisi keamanan nampaknya lebih aman, karena regulator gasnya pakai ulir seperti mur. Selang dan regulatornya pun tidak banyak dijual bebas dengan berbagai merk dan tipe. Hanya keluaran resmi dari pabriknya.
Sejak saya pakai 3 tahun yang lalu, gas ini sudah naik beberapa kali. Kalau tidak salah dari harga Rp 65.000/tabung ukuran netto 5.5 kg, sampai sekarang sudah Rp 95.000/tabung ukuran yang sama. Tapi karena ini swasta punya, tentu tak ada gonjang-ganjing, tak terlalu diperhatikan.
Sampai harga elpiji 12 kg akan dinaikkan, baru saya tahu kalau 12 kg hanya sekitar Rp 80.000,-/tabung. Itu saya dapat info dari artikel Ira Oemar yang HL hari ini. Wah, murah sekali rupanya dibanding Blue Gaz.
Jadi kalau dinaikkan, kira-kira wajar tidak ya?
Menurut saya wajarlah untuk 12 kg dinaikkan dan dihapus kalau ada subsidinya. Saya lihat di kampung tidak ada yang pakai 12 kg. Penduduk desa tidak menggunakan 12 kg.
Mungkin para buruh juga tak menggunakan 12 kg. Ini menurut perkiraan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H