Mengompasiana sambil mengantuk. Mengantuk sambil mengompasiana.
Di siang hari yang agak cerah ini, kucoba menuliskan sesuatu, sesuatu yang dimulai dengan kata "percaya ga percaya sih".
Kata itu sangat kuat membuka pintu hati untuk percaya, dari tadinya tidak percaya. Cerita mistis, dimulai dengan kata "percaya ga percaya sih".
Di kampungku juga tak ketinggalan ada cerita-cerita mistis. Cerita horor yang diceritakan dari mulut ke mulut, dikisahkan dengan penghayatan dan dramatisasi yang berbeda-beda. Jika diceritakan di malam hari yang gelap, maka efeknya akan semakin "menggoda" bulu kuduk, sampai berdiri dia.
Waktu kecil, anak-anak beranjak remaja di kampungku sering berkumpul dan tidur di rumah salah seorang kawanan anak-anak kampung. Lalu mulailah berkisah, apalagi yang paling seru adalah tentang hantu, yang dikenal dengan nama "begu".
Ada paling tidak dua jenis begu yang saya ketahui di masa itu:
1. Begu Sulu-sulu
Hantu ini beruwujud bola cahaya yang kelihatan berjalan di kegelapan malam sekitar persawahan. Entah fenomena apa ini, tapi "percaya ga percaya" saya pernah melihatnya bersama kawan-kawan.
2. Begu Ganjang
Hantu yang satu ini berpostur sangat tinggi. Konon katanya, hantu ini suka mencekek leher manusia. Saya juga pernah melihat jenis hantu ini. Suatu sore saya bertiga duduk-duduk di tangga "balatuk" rumah kawan. Hampir menjelang malam, mulai gelap. Seekor anjing nampak muncul di ujung jalan, sebuah tanjakan menuju kampung kami. Anjing tersebut semakin lama berubah menjadi sesosok makhluk yang tinggi. Tak lama kemudian dia menghilang dan kembali menjadi anjing kecil. Kutanya temanku, katanya dia melihat juga. Percaya ga percaya sih.
Hanya dua jenis hantu itu yang familiar di kampung kami. Tidak ditemukan sundel bolong dan lain-lain yang pernah menjadi cerita-cerita di film Indonesia.