Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Batak] Asal Mula Gempa Bumi

28 Agustus 2015   12:14 Diperbarui: 28 Agustus 2015   12:14 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[Batak] Asal Mula Gempa Bumi

 

Alkisah, seorang putri bernama Siboru Deangparujar mendapat sanksi dari Ompu Mulajadi Nabolon (OMN). Sanksi tersebut sebagai konsekuensi pelanggaran Adat Dalihan Natolu (DnT) yang dilakukan oleh Siboru Deangparujar, dimana dia tidak mau dipaorohon (dijodohkan) dengan Si Raja Odap-odap, mengikuti aturan hukum (patik) DnT.

 

Waktu itu terjadi sebuah kondisi kekacauan di Dunia Atas, penghuninya sudah tidak patuh dengan hukum yang berlaku yakni DnT. Termasuk Siboru Deangparujar yang pergi ke bulan untuk menghindari pertunangannya dengan Si Raja Odap-odap. Dia membawa 7 gulungan benang untuk ditenun. Dia berjanji akan kembali dan berjodoh dengan Si Raja Odap-odap jika tenunan benag 7 gulungan itu telah selesai.

 

Singkat cerita, OMN dan seorang messenger-nya  bernama Sileang-leang Mandi Untung-untung Nabolon (SMUN) melakukan inspeksi ke bulan. Hasilnya membuat OMN murka, Siboru Deangparujar belum menghabiskan benangnya. Rupanya, siang ditenun, malam di-harhari (dibongkar) lagi tenunannya.

 

Songon eme na bibi, di rungkuna digotapi, roha ni Si Raja Odap-odap sai diotap-otapi. Na ginantina na bodari, manogotna ditanggali. Natinonunna arian, borngin-borngin diharhari. Diboto do rudangna, sai rudang sialagundi, diboto do salana, sai dumenggan martabuni.

 

Siboru Deangparujar tahu betul kesalahannya jika menolak pertunangan itu, karena itulah dia bersembunyi di bulan, dengan cover atau sidalian bertenun 7 gulungan benang di bulan. Siang ditenun, malam dibongkar lagi. OMN memerintahkan Siboru Deangparujar turun dari Bulan. Dia meniti benang itu berayun-ayun hingga tiba di atas aek lung (lautan luas tiada batas, negeri air tanpa daratan). Siboru Deangparujar berdiri di atas tungkot tudu-tudu taualang (tongkat untuk benang tenunan)  yang jatuh ke laut itu,  Diapun mangandung (menangis dengan bersyair):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun