Setelah berselancar di lautan Kompasiana, baru saja saya menemukan judul yang menarik. "Nyanyian Korupsi dan Lonceng Kematian" begitu sebagian dari judul artikel tersebut. Bisa di klik disini. Artikel yang menarik dan aktual menurut saya.
Terlepas dari isinya, yang menarik juga bagi saya adalah kata "Lonceng Kematian". Belum tahu pasti apa arti sebenarnya dari ungkapan tersebut. Apakah pertanda akan ada yang mati ataukah memberitahukan bahwa ada yang mati. Lalu kucari di google. Ketemulah informasi, bahwa pada zaman Belanda di Batavia ada sebuah lonceng, yang digunakan untuk pemberitahuan akan ada orang yang dihukum gantung. Kalau begitu lonceng kematian adalah pengabar akan ada yang mati.
Beda di Batavia jaman Belanda itu, di kampung saya lonceng memang terpasang di Gereja. Banyak fungsinya, diantaranya memberitahun jam-jam tertentu, misalnya jam 6 sore akan dibunyikan. Lonceng juga akan dibunyikan sebagai pengingat di hari Minggu agar jemaat mempersiapkan diri ke Gereja untuk kebaktian, disebut giring-giring manjou, bunyinya agak lama. Lonceng pertanda masuk ibadah bunyinya hanya sebentar.
Lalu ada juga bunyi lonceng pertanda kebakaran. Jika ada rumah yang terkena musibah kebakaran maka akan dibunyikan lonceng Gereja dengan bunyi yang terputus-putus. Tidak teratur. Penduduk sekitar akan segera tahu bahwa ada musibah kebakaran.
Yang terakhir adalah berita kematian. Jika ada anggota jemaat yang meninggal dunia, maka lonceng juga akan dibunyikan. Bunyinya lambat, satu bunyi disusul setelah bunyi pertama selesai, hilang gaungnya. Bunyi lonceng pemberitahuan kematian disebut Mallus Giring-giring.
Begitulah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI