Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

6 November 24 Tahun yang Lalu: Nunga Loja Au o Tuhan

6 November 2014   19:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:28 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6 November 24 Tahun yang Lalu: Nunga Loja Au o Tuhan…

Nunga loja au O Tuhan di si ulubalang ari, Naeng tumibu au pajumpang rap dohot Ho di surgo i, Nunga bot mata ni ari, Lam jonok nang ajalhi, Nunga loja au O Tuhan rade ma baen ingananki.

Nang pe naung hudai hubolus, hamoraon, hagabeon, Songon ombun na maolus, Sude do tinggal ambolong Aha na tarboan ahu, Lobi sian uloshi, Nunga loja au O Tuhan, Rade ma baen ingananki.

Lam rambon simalolongku, Gok nang uban diulungku, Reung nang holi-holingku, Gale sude pamatangki, Ndang be sai huparsinta, Leleng ari-aringki, Nunga loja au O Tuhan, Rade ma baen ingananki.

----

Syair lagu itu dari Buku Ende, Kidung Jemaat berbahasa Batak. Berkisah rindu untuk kembali ke rumah Bapa di surga. Betapa sudah lelah dan lemah di dunia ini, Tuhan berilah aku tempat disana.

Entah sudah berapa kali kudengar lagu itu dinyanyikan opungku. Sudah sering, diantara lagu lain dari Buku Ende. Dia hafal banyak lagu dan menyanyikannya dengan baik. Meskipun batuk dan sesak nafas sering mengganggunya sejak lama.

Opungku semakin renta. Terkadang keningnya dipenuhi peluh, padahal di kampung kami sangat dingin. Dia duduk dekat jendela supaya mendapat udara segar, sesekali harus saya kipasi.

Akhir-akhir ini tubuhnya membengkak, kata orang kampungku sigurbeson. Mungkin organ-organnya sudah tak berfungsi baik. Matanya pun sudah lama rabun. Opungku semakin lemah.

Setiap kali kumandikan dengan air hangat, opung selalu berpesan agar saya kelak baik-baik. Menjadi anak yang baik. Sambil kumandikan dia pun masih berdoa untukku. Dia memang pendoa.

Suatu sore di hari Selasa 6 November 1990, opung akhirnya pergi juga ke rumah Bapa di surga. Setelah sekian lama bertahan hidup dengan sakit penyakit, kuat dalam doa. Setelah sekian lama merawatku dengan baik.

Opungku yang baik… Perempuan di Balik Jendela

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun