Mohon tunggu...
Hasan Pane
Hasan Pane Mohon Tunggu... -

Saya Mbah Kakung dari beberapa cucu yang masih senang berbagi dengan sesama, semoga ada manfa'at

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Nyata Mengusir Jin Santet dari Jauh

22 April 2015   11:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di Bulan Maret 2015, sekitar pukul 10.00 pagi, telepon saya berdering, begitu saya angkat, disebrang sana saya mendengar suara seorang pria dengan suara lirih dan agak cedal, dia membuka pembicaraan begini; apakah saya betul berbicara dengan Pak Hasan ? saya bilang; betul, ini dengan siapa ya ? si penelepon lantas menyambung pembicaraannya; Bapak, saya DSP (nama disingkat), tinggal di Sumatra Barat, dan saya sekarang sakit sudah berjalan 4 tahun, saya tak bisa bekerja, karena kepala saya sangat sakit, dan muntah-muntah terus, kedua tangan saya gemetaran dan sering seperti ditusuk-tusuk jarum, kemudian kedua kaki saya juga sakit, dan susah digerakkan, saya bekerja sebagai supir Pak, tapi sekarang saya dirumah saja, Bapak saya sudah tua dan Ibu saya telah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, saya membaca tentang Bapak dari internet, saya juga sudah berobat ke Dokter berulang-ulang, ke alternatif juga sudah, tapi belum sembuh juga, saya minta tolong Pak diobati biar saya bisa bekerja lagi, saya merasa saya seperti diguna-guna orang Pak.!

Saya sungguh trenyuh, dan sangat prihatin mendengar penjelasan terperinci seperti itu, lantas saya menjawap di telon;

Baik, saya sudah dengar penjelasan sampeyan, sekarang coba sampeyan kirimkan nama lengkap  termasuk ayah dan Ibu sampeyan, lewat SMS ya ! nanti saya akan coba periksa dulu ! bakda dzuhur  hasilnya saya akan kasih tahu lewat telepon, apakah sakitnya sampeyan  itu medis atau nonmedis.

DSP pun menjawab; iya Pak, tolonglah saya Pak, dan sayapun mengiyakannya. Lantas saya memanggil anak  perempuan saya yang memiliki kemampuan sebagai Jin Catcher, dan saya jelaskan sama dia tentang DSP serta kasusnya juga lokasinya di Sumatra Barat. Dan setelah persiapan selesai, lantas saya memanggil Qorin (Jin pendamping) DSP yang saya masukkan ke badan anak perempuan saya, kemudian setelah Qorin dari DSP masuk, lantas saya ajak untuk komunikasi, terjadilah dialog sebagai berikut :

Qorin : Assalamualaikum !

Saya: Waalaikum salam, kamu siapa ?

Qorin: Saya DSP Pak ?

Saya : Baiklah, Bapakmu namanya siapa ?

Qorin : Dia menyebut nama Bapaknya, ternyata cocok dengan penjelasan SMS DSP.

Saya : Terus Ibumu namanya siapa ?

Qorin : Dia juga menyebut nama Ibunya, tapi Ibu saya sudah meninggal Pak.

Saya : Baiklah DSP, coba tolong kamu lihat di badan kasarmu (jasad), apakah ada Jin lain yang bersemayam di badanmu itu ?.

Qorin : Baik Pak, dan sesa’at kemudian dia bilang, ada Pak.

Saya : Ada berapa ?

Qorin : Ada lima Pak.

Saya : di bagian tubuh mana saja dia tinggal ?

Qorin : Satu di kepala Pak, satu di tangan kiri, satu di tangan kanan, satu di kaki kanan, dan satu lagi di kaki kiri.

Saya : baiklah, karena penjelasanmu sudah cukup, sekarang silahkan kamu pulang kembali ke badan kasarmu, saya akan memanggil Jin yang ada di badanmu itu.

Qorin : baik Pak, tolong Pak Ya ! saya permisi pulang, Assalamualaikum.

Saya : Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.

Setelah Qorin DSP pulang, saya memberitahu kepada anak perempuan saya kalau saya akan memanggil salah satu Jin jahat yang ada di badan DSP.

Seteha salah satu Jin yang ada di badan DSP saya panggil paksa, dan masuk ke badan anak perempuan saya, maka kembali terjadi dialog sebagai berikut :

Jin : U u u u h h h, aku dimana ini ? dan kamu siapa ?

Saya : Kamu ada di Magelang, Jawa tengah, aku Haji Hasan.

Jin : Kenapa aku dipanggil kesini ?

Saya : Karena kamu berada di tempat yang salah, sekarang aku yang tanya, kenapa kamu berada di badan DSP ?

Jin : Aku berada di badan DSP untuk menyakitinya sampai mati.

Saya : kamu sudah berapa lama tinggal di badan DSP ?

Jin : 4 Tahun.

Saya : Kamu nggak merasa dosa menyakiti orang yang tidak bersalah ?

Jin : Dosa itu apa ? aku nggak mengerti yang gitu-gitu.

Saya : Agamamu apa ?

Jin : Aku nggak punya agama, nggak ngerti.

Saya : Kamu berada di bagian mana dari badan DSP ?

Jin : Di kepala, dan aku dipaku di kepala DSP sama yang ngirim.

Saya : Atas izin dan pertolongan dari Allah, kalau kamu saya keluarkan dari badan DSP, kamu mau apa nggak ?

Jin : keluarkan saja kalau kamu bisa, dulu juga sudah ada yang mau ngeluarin aku, tapi nggak bisa.

Saya : Baiklah, nanti aku akan memohon kepada Allah swt, terus selain kamu masih ada Jin lain nggak di badan DSP?

Jin : Ada, di tangan kiri dan kanan, serta di kaki kiri dan kanan, mereka juga sama nggak bisa keluar karena diikat.

Saya : Baiklah, lantas wujudmu seperti apa ?

Jin : Aku . . .? aku biasa saja, kepalaku gundul, perutku gendut kaya kamu, nggak pakai baju, Cuma celana saja, kupingku kecil keatas, mataku hijau ada dua, bibirku . . . .dower . . .he . .he . .he . .he, tapi aku cakep .

Saya : Baiklah, sekarang kamu balik dulu saja, aku akan nanyain Jin yang lainnya.

Jin : Iya, aku pulang, permisi. Dalam hati aku berpikir, Jin jahat seperti itu kok bisanya permisi.

Kemudian saya memanggil Jin yang tersisa satu persatu, dan dari dialog yang saya lakukan, ternyata Jin yang ada di tangan kanan itu bersaudara kembar dengan yang bersemayam dan menyakiti tangan kiri DSP, demikian juga yang ada di kaki kanan, Jinnya saudara kembar dari Jin yang ada di kaki sebelah kiri DSP.dan pada waktu saya dialogkan dengan mereka, apakah mau saya keluarkan atas izin dan pertolongan dari Allah swt, mereka memberikan jawaban yang kurang lebih sama dengan jawaban dari Jin yang pertama. Dan dari komunikasi dengan para Jin itu pula, saya bisa tahu siapa yang mengirimkan santet buat DSP dan apa motivasinya. Ternyata yang mengirimkan santet itu masih boleh dibilang keluarga dari DSP dan motivasinya adalah urusan warisan keluarga. Dan setelah Jin-jin yang empat saya suruh pulang dulu, maka saya kembali memanggil Jin yang pertama untuk saya keluarkan, dan Jin sempat bertanya, dia akan saya tempatkan dimana, saya bilang terserah kamu, kalau mau kukembalikan ke tempat asalnya, aku akan kembalikan, tapi ternyata dia tidak mau dikembalikan ke tempat asanya, alasannya dia nggak mau ditangkap lagi sama dukun yang mengirim dia, saya menjawab, kalau begitu kamu dan temanmu yang empat itu akan saya tempatkan di hulu sungai Progo, dan mereka mau.

Dan singkat ceritera, Jin-jin yang ada di badan DSP, kemudian saya cabuti dengan radikal satu persatu, kemudian saya tempatkan di hulu Kali Progo sesuai dengan keinginan mereka. Dan setelah prosesi pengeluaran Jin jahat itu selesai, lantas saya menelepon pasien DSP dan saya jelaskan bahwa Jin-jin yang ada dibadan dia sudah selesai saya keluarkan, kemudian saya mengajarkan dari jauh kepada DSP, untuk membuat ramuan sebagai pagar goib untuk dia, dan berpesan sama DSP, tujuh hari dari sekarang, tolong saya dikhabari bagaimana perkembangan dari kondisi tubuhnya, dan DSP menyanggupinya.

Satu minggu kemudian, DSP menelepon saya dan menyampaikan berita gembira, dia bilang begini ; Pak Hasan, Alhamdulillah, sekarang saya sudah bisa bekerja lagi Pak, saya betul-betul terimakasih sama Bapak yang sudah membantu saya. Dan saya menjawab; Syukur Alhamdulillah DSP sudah bisa kerja lagi, semua itu adalah kehendak Allah, DSP sembuh karena atas izin, perkenan, ridha serta pertolongan dari Allah swt, semoga DSP tetap sehat, dan jangan lupa, berusahalah untuk lebih dekat lagi dengan Allah, dengan jalan melaksanakan semua perintahnya, dan menghindari semua larangannya. Wassalam.


  • Kisah nyata ini adalah pengalaman pribadi dari penulis sendiri, dan bagi pembaca yang mengalami masalah serupa, silahkan hubungi saya di Telpon : 0815 7888 7373, Insyaallah saya akan membantu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun