Mohon tunggu...
Sudramono Manihuruk
Sudramono Manihuruk Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menulis akan berhasil ketika ada nilai yang ditinggalkan bagi si pembaca....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanita Itu Bernama Mentari

28 Oktober 2011   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="283" caption="Google.com"][/caption]

Aku Mencintaimu, sungguh kucinta dirimu

Bukankah semua sudah kuungkapkan dengan kata – kata?

Bukan hanya itu, lakuku pun sesungguhnya nyata bagimu

Aku mencintaimu, kamu dan anak kita

_________________________________________________

Seandainya kita punya daya merubah jarak, akan kita lakukan

Seandainya kita bisa memutar waktu, akan kita lakukan

Seandainya malam tak ada, siang pun akan milik kita saja

Lalu, kenapa tak ada satupun yang berpihak pada kita?

_______________________________________________

Aku pria dan kamu wanita, ada perbedaan diantara kita

Perbedaan itu bahkan yang mampu mengoyakkan kisah kita

Tapi kamu harus tahu aku mencintaimu

Itu yang kutuliskan setiap hari di garis hatiku

_______________________________________________

Lalu ...

Tiba – tiba angin itu menghampiriku

Menggiringku memasuki malam, terkadang bagiku siang

Tapi kamu harus tahu aku mencintaimu

Itu yang kutuliskan setiap hari di garis hatiku

_______________________________________________

Angin membawaku pada sebuah keadaan

Keadaan dimana dirimu tak tampak bagiku, bahkan di khayalku

Angin seperti melemparkan aku, pada sebuah kenyataan

Kenyataan dimana dirimu tetap kucinta, tapi tak dipikirku

_______________________________________________

Wanita itu bernama Mentari

Angin memperkenalkanku pada kenyataan baru

Tapi percayalah, Aku mencintaimu

Hanya saja, wanita itu bernama Mentari

_______________________________________________

Mentari ...

Angin itu membawaku kepada malam, tapi mengapa aku melihat siang?

Sinar di matanya yang telah memancarkan segalanya

Aku terbuai, memeluknya dan beradu menghabiskan malam

Tapi Istriku... Aku Mencintaimu

Itu yang kutuliskan setiap hari di garis hatiku

_______________________________________________

Wanita itu bernama Mentari...

Dia memancarkan kehangatan dalam ragaku

Memeluknya dan mencumbunya hingga pagi

Tapi percayalah aku tetap mencintaimu

***

Aku memandang diriku dalam cermin, kumal

Aku seperti kehilangan diriku yang aku kenal

Bagaimana mungkin malam bisa menjadi siang?

Bagaimana mungkin kelam bisa menjadi terang?

_______________________________________________

Seperti ada yang menarikku maju menuju malam

Aku tidak lagi melihat siang di dalamnya

Rongga hatiku kini kembali kelam

Saat kutahu dirimu ternyata bukanlah dirinya

_______________________________________________

Istriku ...

Maafkanlah aku yang hanya bisa menuliskan

Wanita itu bernama Mentari

Kehadirannya telah mengundang luka dalam dirimu

Tulisan tak lagi berarti bagimu bahkan lukisan

Kesadaranku kini, aku mencintaimu

Itu yang kulakukan bukan kutuliskan

_______________________________________________

Mentari tak akan lagi bersinar

Karena Sinar yang sesungguhnya adalah dirimu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun