[caption id="attachment_324857" align="aligncenter" width="300" caption="Lembar Kerja dalam Buku Siswa IPA Terpadu SMP Kelas 8"][/caption]
"Ribet!"
Begitu kata pertama yang saya ucapkan saat membaca sedikit tentang Kurikulum 2013. Bahkan saya telah mengucapkannya jauh saat Kurikulum 2013 masih berupa wacana. Bukan tanpa alasan tentunya saya mengucapkan itu. Alasannya sederhana saja. Saya belum paham betul dengan isi dan esensi yang ada dalam Kurikulum 2013. Bukan saya saja yang memiliki anggapan seperti itu. Banyak teman sejawat saya di sekolah yang pemikirannya tidak jauh berbeda.
Bagaimana tidak? Saya sebagai seorang pengajar SMP sampai sekarang belum mendapat pelatihan tentang Kurikulum 2013. Otomatis, saya belum bisa menerima informasi secara menyeluruh dan utuh. Saya hanya tahu dari apa yang saya baca dan informasi dari teman sejawat yang telah mengikuti pelatihan.
Lalu, apakah itu menjadi alasan bagi saya untuk tidak memahami tentang Kurikulum 2013? Oh... Tentu tidak. Saya yang pada dasarnya seseorang yang haus dengan hal-hal baru berusaha untuk menemukan pemahaman. Tentunya dengan banyak membaca dan berdasarkan hasil praktik di lapangan. Hingga akhirnya saya menyadari, bahwa apa yang telah saya ucapkan adalah sebuah kesalahan.
Setelah dicermati, ternyata Kurikulum 2013, khususnya pada mata pelajaran IPA Terpadu, tidaklah seribet seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Saya justru menemukan banyak kemudahan di dalamnya.
Beberapa kemudahan yang saya temukan di antaranya, yaitu telah disusunnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dicantumkan dalam buku pegangan guru. RPP yang ada pun disusun secara runut dan sistematis. Saya hanya tinggal melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi yang ada di lapangan. Bagaimanapun juga, RPP yang ada tidak serta merta bisa diberlakukan begitu saja. Karakter dan variasi peserta didik adalah penyebabnya. Saya pribadi tidak bisa memaksakan secara kaku. Dalam praktiknya, saya tak jarang melakukan penyesuaian RPP dengan menuliskan beberapa catatan. Adanya RPP tentu dapat meringankan beban saya. Pada kurikulum sebelumnya, saya harus bersusah payah untuk menyusun RPP.
Selain kemudahan yang sangat mendasar tersebut, saya juga mendapatkan keuntungan lain, yaitu ketersediaan buku bagi peserta didik dan pegangan guru yang juga bisa didownload di sini atau di situs-situs lainnya. Keuntungan lainnya, yaitu struktur materi pembelajaran kelas 8 SMP yang mudah untuk mentransfer nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Hal ini saya rasakan ketika mengajarkan materi tentang Gerak pada Tumbuhan sebagai materi awal semester 1. Pada materi yang disusun, mengarahkan peserta didik untuk cinta lingkungan. Hal ini membuat saya bisa memiliki alasan untuk mengajak peserta didik belajar secara outdoor. Pembelajaran seperti ini tidak saja menyenangkan bagi peserta didik, tapi juga pendidik. Memang hal ini sudah ada dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun, di dalam Kurikulum 2013 hal ini lebih diperkuat lagi.
Keuntungan lainnya, dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang ada dalam buku pegangan untuk peserta didik, saya lebih mudah saat menggiring peserta didik pada proses menemukan hal baru secara jujur, melalui kerjasama kelompok yang dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh tanggung jawab. Termasuk di dalamnya adalah memicu kreativitas peserta didik dalam mengimplementasikan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata.
Bukan itu saja. Selain nilai-nilai moral, struktur dalam mata pelajaran IPA Terpadu Kelas 8 SMP memungkinkan saya untuk menyisipkan model pembelajaran lainnya. Saya pernah menerapkannya dengan menyisipkan model pembelajaran ketahanan pangan. Ke depannya ada rencana untuk menyisipkan pembelajaran antikorupsi dan perlindungan anak. Hal ini tentu merupakan sebuah terobosan baru yang akan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Berkaca dari uraian di atas, tidak alasan lagi bagi saya untuk mengatakan bahwa Kurikulum 2013 itu ribet. Sebab kenyataannya, Kurikulum 2013 merupakan kurikulum simpel yang memungkinkan pendidik-pendidik kreatif untuk mengembangkan model pembelajaran di dalam kelas. Tentunya tergantung pada pendidiknya sendiri. Mau ataukah tidak.