Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) diartikan sebagai wadah belajar dan berbagi. Membutuhkan perjuangan untuk bisa menyelesaikannya.Â
Namun, setelah lulus PGP, perjuangan sesungguhnya baru dimulai. Di titik inilah hasil pendidikan benar-benar diuji.Â
Bagaimanapun juga tidak semua guru penggerak adalah sosok pejuang. Beberapa di antaranya ada yang hanya sekadar mengikuti tren. Sebagian lainnya sekadar menjalankan tugas dari atasan.
Hal-hal tersebut di atas merupakan penentu berhasil atau tidaknya seorang guru menjadi penggerak. Kemampuan berjuang dan bertahan merupakan salah satu kunci sukses guru penggerak.Â
Apa saja bentuk kegagalan guru penggerak?Â
Untuk menemukan jawabannya kembali melakukan ujicoba menggunakan ChatGPT. Jawaban yang diberikan chatbot ini pun terkesan logis.Â
Bahkan sebagian besar sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran. Tentu hal ini sebenarnya bisa menjadi informasi dasar mengembangkan tulisan. Namun, yang timbul justru keraguan.Â
Terutama menyangkut orisinalitas ide tulisan. Padahal ide dasar tulisan ini murni dari pikiran. Adanya jawaban dari ChatGPT membuat kekhawatiran.Â
Khawatir tulisan akan mendapat label tidak orisinal. Khawatir juga mendapat predikat plagiat. Tentu hal ini sangat dihindari oleh penulis.Â
Sebagai upaya menghindari hal tersebut, informasi dari ChatGPT pun tidak disalin tempel mentah-mentah. Informasi yang diberikan diambil garis besar untuk kemudian dikembangkan.Â
Dengan demikian tetap ada jaminan orisinalitas dalam tulisan. Berdasarkan hasil olah pikiran berikut ini 5 kegagalan guru penggerak yang berhasil diolah dari ChatGPT.Â
1. Tidak mau memotivasi murid dan sejawat.Â
Guru penggerak berperan penting sebagai motivator yang menggerakkan. Jika seorang guru penggerak tidak berhasil memotivasi murid dan sejawat untuk maju artinya dia gagal.
Dalam beberapa hal berikut ini guru penggerak juga termasuk kategori gagal. Di antaranya, yaitu guru penggerak yang tidak bisa memberikan motivasi pada muridnya yang mengalami kesulitan.Â
Termasuk guru penggerak yang tidak bisa menggerakkan lingkungan sekitar. Hal ini tentu tidak sesuai dengan peran yang diemban.Â
2. Enggan mengembangkan potensi murid dan sejawat.Â
Salah satu peran guru penggerak adalah mengembangkan orang lain. Termasuk di dalamnya adalah potensi murid dan sejawat.Â
Guru penggerak sejatinya telah dibekali kemampuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar. Kompetensi ini penting sebagai bekal mengembangkan orang lain di sekitar.Â
Adanya keengganan tentu membuat ilmu guru penggerak tidak bermanfaat. Apa yang telah dipelajari akan sia-sia.Â
3. Ogah beradaptasi dengan perubahan.Â
Hal ini akan membuat seorang guru penggerak tumbuh menjadi sosok yang enggan belajar. Keengganan ini akan membuat seorang guru penggerak diam di tempat.Â
Sosok ini tidak akan pernah mau berpikir kreatif dan inovatif untuk memajukan pendidikan di sekolah. Artinya sosok ini tidak bisa mengikuti kodrat zaman murid.Â
4. Berat untuk berkolaborasi dengan sejawat.
Kolaborasi merupakan salah satu nilai guru penggerak. Nilai ini lahir bersamaan dengan keinginan belajar dan berbagi.Â
Kolaborasi yang dilakukan bisa dengan sejawat di sekolah maupun komunitas praktisi. Bagi guru penggerak yang masih enggan berkolaborasi tentu layak dipertanyakan predikat guru penggeraknya.Â
5. Tidak memiliki komitmen kuat menjalankan perannya.Â
Sebagai agen perubahan, guru penggerak diharapkan terus melakukan prakarsa perubahan. Sekecil apa pun itu, tetaplah harus dilakukan.Â
Meskipun kadang ada yang mempertanyakan hasil perubahan, guru penggerak akan terus berbenah. Bagaimanapun juga membangun individu berbeda dengan bangunan.Â
Membangun individu tidak akan serta merta terlihat hasilnya. Jika tidak terlihat dalam jangka pendek, bisa jadi akan terlihat dalam jangka panjang.Â
Tanpa adanya komitmen kuat, guru penggerak akan mudah menyerah. Terlebih menghadapi penilaian yang terdengar kurang mengenakkan.Â
Kelima kegagalan guru penggerak versi ChatGPT tersebut di atas, jika dikaji lebih dalam memang ada benarnya. Selain berkesesuaian dengan isi kepala, juga kenyataannya memang ada.Â
Tidak kita pungkiri, banyak di sekitar kita guru penggerak yang masih berusaha maju untuk dirinya sendiri. Masih ada juga yang belum berorientasi ikut memajukan orang-orang di sekitarnya.Â
Percaya atau tidaknya pada jawaban ChatGPT tentu kembali kepada pribadi masing-masing. Setidaknya jawaban tersebut memberikan gambaran dan warning kepada guru penggerak agar tidak sampai gagal menjalankan perannya.Â
Selain itu, bisa menjadi bekal bagi guru penggerak untuk berefleksi. Setidaknya membantu menjawab pertanyaan, "Sudah berhasilkah saya sebagai guru penggerak?"
Semoga bermanfaat!
Salam Bloger Penggerak
Sudomo
Artikel ini dibuat baru dengan memanfaatkan/mengolah hasil referensi yang ditampilkan oleh ChatGPT