Pertanyaan di atas tentu bukan tanpa alasan. Konstelasi politik dijadikan alasan pertanyaan. Stigma ganti menteri ganti kurikulum turut meramaikan.Â
Jawaban atas pertanyaan itu pun bisa benar atau salah. Masing-masing tentu adalah pilihan pribadi perorangan. Tidak dapat dipaksakan atas nama apa pun.Â
Bagi yang menolak guru penggerak, bisa jadi berharap pertanyaan tersebut menjadi kenyataan. Bagi pendukung guru penggerak, tentu sangat berharap hal tersebut tidak akan kejadian.Â
Padahal sejatinya, pertanyaan tersebut hadir untuk menemukan jawaban. Bukan dipertentangkan atau diperdebatkan.Â
Ada baiknya berpikir jernih. Tidak ada salahnya juga melihat dengan terang. Terutama terkait guru penggerak dan perkembangan kebijakan. Kebijakan tidaklah abadi. Suatu saat bisa saja mendadak berganti. Hal yang wajar tentunya.Â
Menjadi tidak wajar jika kebijakan hanya sebagai 'produk jualan' pejabat yang menjabat. Tentu hal ini tidak kita inginkan, bukan?
Menatap Nasib Guru Penggerak 2023
Hingga awal tahun 2023, setidaknya program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) telah meluluskan guru penggerak angkatan 1 sampai 5. Saat ini tengah berjalan angkatan 6 dan 7. Ke depannya masih dibuka hingga angkatan 14.
Hingga awal tahun ini setidaknya sudah ada guru penggerak lulusan angkatan 1 sampai 5 dari berbagai wilayah Indonesia. Dari data tersebut menunjukkan sebanyak 24.033 orang guru penggerak telah siap menjadi agen perubahan di tahun 2023.
Berbagai aksi nyata telah dilakukan saat pendidikan maupun setelah lulus. Beragam praktik baik telah dibagikan kepada guru lain. Banyak perubahan telah dilakukan di masing-masing sekolah dan lingkungan.Â