Demikianlah adanya saya saat mengetahui informasi Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) angkatan 2. Dalam benak saya sama sekali tidak tebersit niat mengikutinya. Maklum pada saat itu PPGP masih merupakan program baru. Saya masih belum punya gambaran tentang apa yang akan diperoleh selama dan setelah mengikuti pendidikan.Â
Hal ini karena minimnya informasi awal terkait program. Tentu saja hal ini merupakan kendala tersendiri untuk menguatkan niat mengikuti PPGP. Bahkan sejak awal sama sekali tidak ada keinginan mencari informasi lebih lanjut. Bayangan tentang PPGP ini pun terkubur dalam-dalam dan lenyap dengan sendirinya.Â
Hingga akhirnya, ada faktor eksternal yang menggerakkan. Pada saat itu Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA menghubungi untuk didaftarkan secara kolektif melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Barat. Dengan enggan saya pun mengiyakan. Rasanya tidak enak jika harus menolak meskipun tidak sesuai dengan kata hati. Saat itu saya menganggap bahwa itu adalah bentuk penghargaan karena tidak semua anggota didaftarkan secara kolektif.Â
Setelah melakukan registrasi secara mandiri di SIMPKB, seleksi pun dimulai. Saya pun dinyatakan lolos seleksi tahap 1 yang meliputi pendaftaran administrasi, pengisian biodata (CV), dan pengisian esai serta tes tambahan  berupa Tes Bakat Skolastik (TBS) .Â
Tidak adanya niat sejak awal membuat saya bahagia karena yakin tidak akan lolos seleksi tahap selanjutnya. Hal ini karena kesulitan yang dialami saat mengerjakan TBS. Saat itu saya sama sekali tidak ada kekhawatiran kalau tidak lolos. Justru sebaliknya. Untuk pertama kalinya saya mengharapkan sebuah kegagalan dalam proses seleksi. Namun, garis hidup berkata lain. Saya dinyatakan lolos seleksi tahap 1 dan melanjutkan ke tahap 2.
Selanjutnya saya pun menyiapkan diri mengikuti seleksi tahap berikutnya, yaitu simulasi mengajar dan wawancara. Pada tahap simulasi mengajar, saya menyiapkan skenario dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diunggah di website guru berbagi.Â
Selama 10 menit saya mempraktikkan mengajar materi Pesawat Sederhana berdasarkan skenario yang telah dibuat sebelumnya. Meskipun terkendala sinyal, beruntung asesor berbaik hati menunggu hingga semuanya benar-benar siap untuk dilanjutkan. Demikian halnya saat mengikuti tes wawancara. Dengan memanfaatkan esai sebagai acuan, saya pun berusaha menjawab sebaik mungkin.Â
Dalam hati meskipun belum sepenuhnya ada niat mengikuti PPGP, tetapi saya berpikir sudah telanjur lolos. Akhirnya saya pun berusaha all out menjawab pertanyaan asesor sesuai pengalaman pribadi selama ini. Kendala jaringan pun kembali saya temui.Â
Beruntung asesor tes wawancara sangat kooperatif. Kedua asesor sepakat memberikan kesempatan saya menemukan jaringan terbaik agar lancar proses tes wawancara. Hingga akhirnya tes pun usai. Harapan gagal mengikuti tes simulasi mengajar dan wawancara dengan alasan kendala jaringan pun sirna.Â
Sampai akhirnya pengumuman kelulusan pun keluar. Saya menjadi salah satu dari 71 orang guru yang lulus seleksi untuk mengikuti PPGP angkatan 2 selama 9 bukan terhitung sejak bulan April 2021. Pada awal belajar mandiri, sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) masih belum berhasil mengumpulkan niat penuh mengikuti pendidikan. Pada bulan-bukan awal saya mengikutinya dengan asal-asalan. Tugas-tugas pun dikerjakan hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Hal ini berlanjut sampai akhir pembelajaran submodul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.Â