Tidak ada jam mengajar, tetapi harus tetap belajar. Memangnya apa yang dikejar? Tidak ada yang dikejar oleh seorang guru pembelajar, kecuali keinginan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tempat mengajar. Bukan berarti bersantai tanpa menekuni bahan ajar. Melainkan menjadi kesempatan mengembangkan diri dalam memanfaatkan waktu di saat jeda mengajar.Â
Lantas apa yang bisa dilakukan seorang guru pembelajar? Bagi guru pembelajar jeda mengajar merupakan ruang yang luas untuk melakukan aktivitas lain terkait belajar mengajar. Banyak pilihan aktivitas bisa dilakukan secara wajar. Ada jeda mengajar, banyak hal yang bisa dihajar. Memeriksa penugasan murid pada pertemuan sebelumnya, misalnya. Bisa juga menyiapkan media ajar untuk pertemuan selanjutnya.Â
Jeda mengajar justru kesempatan besar. Guru pembelajar akan berlomba-lomba memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ada yang melakukan refleksi diri terkait proses pembelajaran sebelumnya. Ada juga yang fokus mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri secara daring melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Bahkan ada juga yang menyempatkan diri berdiskusi ringan dengan sejawat yang tergabung dalam komunitas belajar di sekolah.Â
Terlebih bagi guru yang juga memiliki kesibukan terkait lainnya di luar. Ada yang mengurusi komunitas belajar antar lingkungan pendidikan. Mungkin ada juga yang menekuni hobi menulis di blog dan membuat vlog. Jeda mengajar ini akan sangat berarti. Mereka bisa mengembangkan diri tanpa harus meninggalkan murid di kelas.Â
Terkait pemanfaatan PMM, saat tidak ada jam mengajar adalah waktu yang tepat untuk mengikuti berbagai pelatihan mandiri. Bisa saja sekadar mencari referensi perangkat ajar berupa modul/bahan ajar dan buku penunjang mata pelajaran. Bisa juga memberikan umpan balik pada aksi nyata guru lain se-Indonesia yang diunggah di PMM. Tentu akan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bebas dari tekanan. Cukup membuka aplikasi di smartphone masing-masing. Bisa juga mengaksesnya menggunakan fasilitas komputer dan jaringan milik sekolah.Â
Berbagai pelatihan mandiri yang ada di PMM sangat berarti bagi guru. Terutama menyangkut berbagai perubahan paradigma pendidikan saat ini. Pelatihan mandiri yang tersedia menunjang terciptanya pembelajaran yang berpihak pada murid.Â
Sebuah proses pembelajaran yang saat ini sedang digadang-gadang dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Sebagai guru tentu harus mendukung kebijakan terbaik bagi murid di sekolah. Aktif mengikuti pelatihan mandiri di PMM salah satunya.Â
Terlebih ada tagihan aksi nyata pada setiap pelatihan mandiri. Aksi nyata yang dilakukan di sekolah terkait materi ini menjadi warna tersendiri. Guru memiliki berbagai pilihan menerapkan hasil belajarnya di sekolah masing-masing. Hasil penerapan ini pada akhirnya akan memberikan dampak kepada murid di sekolah.Â
Dampak yang dirasakan bisa dilihat dari umpan balik yang disebarkan dan telah diisi murid. Umpan balik tersebut sekaligus sebagai penunjang refleksi yang dilakukan guru pada setiap akhir pelatihan mandiri. Selain itu, pada setiap pelatihan mandiri juga menyiapkan sertifikat sebagai bukti keikutsertaan dalam pelatihan. Sertifikat ini nantinya akan bermanfaat bagi guru dalam mengurus kenaikan pangkat.Â
Beberapa keuntungan tersebut di atas hanya sebagian kecil belajar di PMM. Masih banyak keuntungan lain yang bisa diperoleh. Terutama terkait upaya menciptakan kebahagiaan murid di sekolah sesuai kodrat alam dan zaman. Kebahagiaan setinggi-tingginya bagi murid adalah salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran yang memerdekakan di sekolah. Selalu ada kesempatan terbaik bagi siapa saja yang ingin berbuat baik agar menjadi lebih baik.Â
Jadi, jangan sia-siakan waktu kosong tidak ada jam mengajar. Tetap hajar hal-hal baik yang bisa dimanfaatkan untuk belajar.Â
Salam Bloger Penggerak
Sudomo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H